Oleh : Zainuddin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Dalam sejarah Islam tercatat bahwa hingga saat ini terdapat dua macam
aliran besar dalam Islam. Keduanya adalah Ahlussunnah (Sunni) dan Syi’ah. Tak
dapat dipungkiri pula, bahwa dua aliran besar teologi ini kerap kali terlibat
konflik kekerasan satu sama lain, sebagaimana yang kini bisa kita saksikan di
negara-negara seperti Irak dan Lebanon dan termasuk Indonesia
Terlepas dari hubungan antara keduanya yang kerap kali tidak harmonis,
Syi’ah sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus mengenai
Syi’ah telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana. Tak
terkecuali dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan membahas
pengertian syi’ah dan karakterisrtik. Semoga karya sederhana ini dapat
memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid mengenai Syi’ah, yang pada
gilirannya dapat memperkaya wawasan kita sebagai seorang Muslim.
B. Ruang
lingkup pembahasan
Dari
pengantar di atas dapat saya rumuskan permasalahannya dan rumusannya sebagai berikut.
a.
Apa pengertian syi’ah.?
b.
Seperti apakah karekteristik
syi’ah.?
c.
Seperti apa dokterinya syi’ah.?
d.
Dan bagai mana perkembangannya di
indonesia.?
C. Tujuan.
a.
Biar pembaca tau pengertian syi’ah
itu seperti apa.
b.
Biar pembaca tau karakteristiknya
syi’ah seperti apa.
c.
Biar pembaca tau doktrin dari
syi’ah.
d.
Dan bisa mangetahui perkembangannya
di indonesia
BABII
Pembahasan
A. Pengertian
Syi’ah
Iatilah Syiah berasal dari kata bahasa arab (syi’ah) bentuk tunggal dari
kata ini adalah syi’i, “syi’ah” adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah
syi’ah Ali artinya pengikut ali[1].
Jadi dari pengertian makna tersebut bisa di ambil pengertian bahwa syi’ah
adalah pengikut ali. Syi’ah merupakan
satu aliran dalam Islam yang meyakini bahwa ‘Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi
Muhammad saw. Dari segi bahasa, kata Syi’ah berarti pengikut, atau kelompok
atau golongan.
Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau pengikut. Kata tersebut
dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin
pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam pandangan Syi’ah sejalan
dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi Muhammad sendiri, ketika dia
(Nabi Muhammad—pen.) masih hidup.
Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang
paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah
keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul
Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus
menantu Nabi saw) beserta keturunannya.
Perkataan Syi’ah secara harfiah berarti pengikut, partai, kelompok, atau
dalam arti yang lebih umum “pendukung”. Sedangkan secara khusus, perkataan
“Syi’ah” mengandung pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau pendukung ‘Ali
bin Abi Thalib.
Kata Syi’ah menurut pengertian bahasa secara umum berarti kekasih,
penolong, pengikut, dan lain-lainnya, yang mempunyai makna membela suatu ide
atau membela seseorang, seperti kata hizb (partai) dalam pengertian yang
modern. Kata Syi’ah digunakan untuk menjuluki sekelompok umat Islam yang
mencintai ‘Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhah secara khusus, dan sangat
fanatik.
Secara lingusitik, Syi’ah adalah pengikut. Seiring dengan bergulirnya masa,
secara terminologis Syi’ah hanya dikhususkan untuk orang-orang yang meyakini
bahwa hanya Rasulullah saww (shallallâhu ‘alayhi wa âlihi wa sallam—pen.) yang
berhak menentukan penerus risalah Islam sepeninggalnya.
B. Karakteristik.
Dalam
golongan syi’ah ini memang banyak sakte-sakte yang berkembang namun meski
banyak perpecahan dari golongan syi’ah, ada satu karekteristik yang di percayai
mereka, yaitu bahwa Saidina Ali dengan sebagian keturunannya, akan bangkit
kembali untuk pemerintah dengan keadilan, disaat dunia ini penuh dengan
kezaliman.[2]
Penyataan seperti ini bila diteleti memang ada benarnya sebab konsep imamah
yang disandangkan kepada Ali golongan
syi’ah ini menaruh sifat tuhan terhadap Ali. Petir adalah senyuman Ali, petir
dan guruh gelak tawanya.[3]
C. Doktrin Syi’ah
Dalam Syi’ah
terdapat 5 pokok pikiran utama atau juga bisa disebut sebagai karakter yang
harus dimiliki oleh para pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid al ‘adl, an
nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
a.
Al imamah
Dalam Syi’ah
imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus dalam dunia.Ia
merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud (had
atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta
ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah
seorang imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adlah pemimpin yang
ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak wafatnya
Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah pemerintahan yang tidak
sah. Di samping itu imam dianggap ma’sum, terpelihara dari dosa sehingga imam
tidak berdosa serta perintah, larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh
diganggu gugat ataupun dikritik.
b.
At tauhid
Dalam hal
ini golongan Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung
semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa
dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2
sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada
Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim (mengetahui), qadir (berkuasa), hayy
(hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak
berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar).
Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang
merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi
antara tersusun dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat,
bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah
dimilikiNya.
c.
Al ‘adl
Kaum Syi’ah
memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Allah tidak pernah
melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan buruk yang lainnya. Allah tidak
melakukan sesuatu kecuali atas dasar kemaslahatan dan kebaikan umat manusia.
Menurut kaum Syi’ah semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan
maksud tertentu yang akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan
Allah Swt adalah baik. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep
keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak
melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang wajib
dikerjakanNya.
d.
An
nubuwwah
Kepercayaan
kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya dengan kaum
muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk
membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu 7ukjizat Nabi Muhammad yang kekal, dan
kalam Allah adalah hadis (baru), makhluk (diciptakan) hukian qadim dikarenakan
kalam Allah tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang dapat di dengar,
sedangkan Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara.
e.
Al Ma’ad
Secara harfiah
Al ma’ad yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat\ Kaum Syi’ah
percaya sepenuhnya bahwahari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan
mereka manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan
dikembalikan ke asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat
itu pula manusia harus memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah
dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan
akan memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan menyiksa orang-orang
yang telah berbuat kemaksiatan.
D. Perkembangannya
syi’ah di indonesia.
Telah
diketahui bahwa sejak meletusnya Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah
Khomaeni pada tahun 1979 M, sejak saat itu pula, paham Syi’ah menyebar ke
pelosok negeri, termasuk Indonesia. Dalam penyebarannya, mereka menggunakan
slogan persaudaraan, perdamaian, dan jihad melawan berbagai kemungkaran.
Padahal slogan yang mereka dengung-dengungkan ini hanyalah kedok semata untuk
menutupi keburukan dan kesesatan mereka. Sehingga pada akhirnya, dengan slogan
ini mereka mendapatkan respon yang positif dari masyarakat Muslim. Sehingga
terbentuklah solidaritas Muslim dunia yang mendukung gerakan tersebut.
Perkembangan
Syi’ah atau yang lebih populer dikalangan mereka dinamakan dengan madzhab Ahlul
Bait di Indonesia memang cukup pesat. Mereka mendirikan lembaga-lembaga, baik
yang berbentuk pesantren-pesantren maupun yayasan-yayasan di beberapa
kota di Indonesia, seperti di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
kota-kota lain di luar Jawa. Mereka juga membanjiri buku-buku tentang Syi’ah
yang sengaja mereka terbitkan oleh para penerbit yang berindikasi Syi’ah. Atau
mereka menyebarkan paham mereka lewat media massa, ceramah-ceramah agama dan
lewat pendidikan serta dengan melakukan pengkaderan di pesantren-pesantren yang
mereka miliki, dan di majelis-majelis ta’lim. Mereka juga melakukan pengkaderan
para da’i dengan mengirimkan para pelajar ke Iran, salah satunya di Qom.
Setelah kembali dari Iran, mereka (para pelajar tersebut) dituntut untuk
menyebarkan paham Syi’ah ini di kalangan masyarakat. Mereka mengajak kaum
Muslimin untuk memperkecil perbedaan antara Sunni dan Syiah.
Untuk
membendung perkembangan Syi’ah ini memang sangat sulit sekali. Hal ini
dikarenakan Syi’ah mempunyai ajaran yang bernama taqiyyah. Dengan ajaran ini
mereka dengan mudah untuk memutarbalikkan fakta untuk menutupi segala
kebathilan dan kesesatan mereka yakni dengan mengutarakan sesuatu yang
bertentangan dengan keyakinannya. Dalam hai ini mereka mengambil perkataan dari
Abu Ja’far, “Taqiyyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Seseorang tidak
dianggap beragama bila tidak ber-taqiyyah.”
Dalam
melakukan penyebaran Syi’ah ini, salah satu cara yang mereka lakukan adalah
dengan menerbitkan buku-buku tentang Syi’ah yang diterbitkan oleh penerbit yang
mereka miliki. Diantaranya penerbit Mizan, Pustaka Hidayah, Pelita Bandung,
Yayasan As-Sajjad Jakarta, YAPI Bangil dan lain sebagainya. Begitu pula dengan
lembaga-lembaga yang mereka dirikan. Diantaranya: Yayasan Al-Muthahari yang
berada di Bandung, Yayasan Al-Muntadhar di Jakarta, Yayasan Al-Jawwad di
Bandung, Yayasan Mulla Sadra di Bogor, Pesantren YAPI di Bangil, Pesantren
Al-Hadi di Pekalongan dan lain sebagainya.[4]
Ada
hal yang menarik mengenai lembaga-lembaga pendidikan yang dikembangkan oleh
Syi’ah,yakni salah satunya lembaga pesantren YAPI di Bangil, Pasuruan.
Pesantren ini didirikian oleh Habib Husein al-Habsyi. Lembaga pesantren ini
merupakan salah satu lembaga yang terbesar yang menganut faham Syi’ah, serta
pengaruhnya cukup besar bagi Indonesia.
Sebagai
pendiri pesantren YAPI, Habib Husein al-Habsyi mempunyai impian yakni
menciptakan lingkungan yang agamis dan bebas dari polusi barat dan modernisme.
Habib Husein al-Habsyi merupakan sosok ulama yang cukup berpengaruh di
Pasuruan, namanya kian terkenal seiring dengan kemajuan yang telah dicapai oleh
pesantren YAPI. Para alumni YAPI banyak yang mendapat kesempatan melanjutkan
studi di luar negeri, seperti Locknow-India, Lahore-Pakistan, Kairo-Mesir,
Mekkah-Saudi Arabia, dll.[5]
Dari
pesantren YAPI tersebut lahirlah para pendakwah-pendakwah Syi’ah dan mempunyai
misi untuk memperluas faham Syi’ah di Indonesia. maka tak heran jika dahulu di
Bangil yang mana menjadi basis orang-orang Sunni (NU) namun seiring dengan
perkambangannya waktu maka sebagian besar warga Bangil mulai mengikuti Faham
Syi’ah. hal itu menjadi sebuah indikasi bahwa Syi’ah sudah mengalami kemajuan
pesat di Indonesia.
BABIII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembehasan diatas mengenai pengertian dan
karakter syi’ah dapat disimpulkan bahwa pengertia inti dari nama syi’ah itu
adalah pengikut Ali atau bisa disebut yang bermadhab Ali. Tidak terlalu
berlebihan ketika berbicara seperti itu sebab kefanatikan pengikut syi’ah ini
sangatlah terlalu berlebihan, dia (syi’ah) bahkan tidak mengakui kepemimpin
sahabat Umar dan yang lainnya, dia hanya mengakui sahabat Ali dia berargument
kepemimpinan selain itu dianggap ilegal.
Untuk karatenyanya sendiri masuk dalam katagori
doktrin sebab identitas kaum syi’ah ada dalam doktrinya, bila mengaku golongan
syi’ah maka harus menjalai doktrinnya tersebut dan doktrinya ialah. at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al
imamah dan al ma’ad. Kelimanya adala suatu .
Perkembangan Syi’ah atau yang lebih
populer dikalangan mereka dinamakan dengan madzhab Ahlul Bait di Indonesia
memang cukup pesat. Mereka mendirikan lembaga-lembaga, baik yang berbentuk
pesantren-pesantren maupun yayasan-yayasan di beberapa kota di Indonesia,
seperti di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan kota-kota lain di
luar Jawa. Mereka juga membanjiri buku-buku tentang Syi’ah yang sengaja mereka
terbitkan oleh para penerbit yang berindikasi Syi’ah. Atau mereka menyebarkan
paham mereka lewat media massa, ceramah-ceramah agama dan lewat pendidikan
serta dengan melakukan pengkaderan di pesantren-pesantren yang mereka miliki,
dan di majelis-majelis ta’lim. Mereka juga melakukan pengkaderan para da’i
dengan mengirimkan para pelajar ke Iran, salah satunya di Qom. Setelah kembali
dari Iran, mereka (para pelajar tersebut) dituntut untuk menyebarkan paham
Syi’ah ini di kalangan masyarakat. Mereka mengajak kaum Muslimin untuk
memperkecil perbedaan antara Sunni dan Syiah.
DAFTAR PERPUS
Attamimy,
HM. 2009. Syi’ah Sejarah, Doktrin, dan
Perkembangan di Indonesia. Yogyakarta:
grha Guru.
http://dakwahwaljihad.wordpress.com.
Ma’shum,.
2011. Pemikiran teologi islam moderen. Yogyakarta:
Inetrpena
Taib thahir abdul
mu’in,.1986. ilmu kalam. Jakarta:
Widya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar