Oleh: Izrin Mauidhatul Hasanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mempelajari filsafat agama, pasti kita dapat mengenal kata deisme.
Yang mana deisme mempunyai arti Tuhan. Berkaitan dengan munculnya suatu agama,
pasti kita dapat mengenal dan mengetahui Tuhan yang menimbulkan suatu keyakinan
terhadap manusia. Jadi Tuhan dan agama sangat berhubungan, sehingga dapat
difilsafati oleh para tokoh-tokoh filusuf. Bahkan para filusuf sebelum dan
sesudahnya juga berusaha untuk mengfilsafati agama secara benar.
Memahami filsafat agama, manusia dapat mengerti tentang wujud
Tuhan/kebenaran Tuhan, meskipun Tuhan bersifat abstrak (tidak tampak). Tetapi
dengan keyakinan, manusia akan percaya. Adapun kemanfaatan dalam mendalami
filsafat agama, yaitu memberikan kesadaran bahwa sehebat apapun pemikiran
manusia, tetap mempunyai batas, setidaknya terbatas karena semua manusia harus
mati.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diketahui beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana penjelasan tentang pengertian aliran deisme secara rinci!
2.
Bagaimana konsep ketuhanan yang ada dalam aliran deisme!
3. Bagaimana
proses awal mulanya mengenal Tuhan!
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
ditulisnya makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pengertian deisme dengan benar.
2.
Untuk mengetahui konsep ketuhanan yang diajarkan dalam aliran deisme.
3. Untuk mengetahui awal mulanya manusia diciptakan, karena itulah
manusia harus mengenal Tuhan.
BAB II
Konsep Ketuhanan Menurut Aliran Deisme dan Tokoh-tokohnya
A.
Pengertian Deisme
Kata deisme
berasal dari bahasa latin deus yang berarti Tuhan. Dari akar kata ini
kemudian menjadi dewa, bahkan kata Tuhan sendiri masih dianggap berasal dari deus.
Menurut paham deisme, Tuhan berada jauh di luar alam. Tuhan menciptakan alam
dan sesudah alam diciptakan, Ia tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi.
Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika
proses penciptaan. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat
sempurna.[1]
Jadi deisme secara istilah, yaitu suatu aliran atau paham yang menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya dewa pencipta alam dan keberadaanya jauh di luar alam.
B.
Konsep Ketuhanan Paham Deisme beserta Tokoh-tokohnya
Dalam paham
deisme, alam bagaikan jam. Karena setelah Tuhan menciptakan alam, alam tidak
butuh lagi kepada Tuhan dan alam berjalan menurut mekanisme yang telah diatur
oleh Tuhan. Alasannya, alam berjalan sesuai dengan mekanisme yang tidak
berubah-ubah, maka dalam paham deisme tidak terdapat mukjizat atau kejadian
yang bertentangan dengan hukum alam.
Sejauh mana
melemahnya keimanan manusia terhadap kekuasaan, pengaruh, dan keterlibatan
langsung Allah secara langsung terhadap alam, sejauh itu pula melemah
hubungannya dengan-Nya. Dan sejauh mana melemahnya hubungan dan kaitannya
dengan Allah, sejauh itu pula melemah dirinya, kekuatannya, dan perjuangannya.[2]
Alam yang
diciptakan oleh Tuhan terdiri atas manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara
ketiganya itu yang paling mulia adalah manusia, karena manusia mempunyai akal
yang satu-satunya digunakan untuk berfikir dan manusia memiliki keimanan untuk
meyakinkan dirinya terhadap Tuhan. Dengan berfikir dan yakin, manusia dapat
mengurus kehidupan yang ada di dunia, yaitu alam.
Paham deisme
ini menggunakan alam sebagai bentuk ciptaan yang diciptakan oleh Tuhan. Karena
alam merupakan salah satu bentuk eksistensi Tuhan. Tuhan mempunyai sifat yang
abstrak, sehingga manusia tidak dapat melihat, tetapi manusia percaya terhadap
eksistensi-Nya dari alam.
Deisme mulai
muncul pada abad ke 17, yang dipelopori oleh Newton (1642-1727). Menurutnya,
Tuhan hanya pencipta alam dan jika ada kerusakan, alam tidak membutuhkan Tuhan
untuk memperbaikinya karena alam sudah memiliki mekanisme sendiri untuk menjaga
keseimbangan.[3]
Dengan
munculnya kemajuan suatu ilmu pengetahuan, maka para ilmuan semakin yakin akan
kebenaran dan keuniversalan hukum-hukum yang ada dalam ilmu pengetahuan yang
tidak berubah. Akhirnya, para ilmuan beranggapan bahwa Tuhan sangat diperlukan
untuk alam yang dapat berjalan dengan sendirinya semakin kecil. Semakin lama
paham ini timbul bahwa Tuhan hanya menciptakan alam dan alam akan berjalan
dengan sendirinya sesuai hukum-hukum yang ada dalam ilmu pengetahuan.
Para penganut
paham deisme ini sepakat bahwa Tuhan adalah Esa dan jauh dari alam, serta Tuhan
memiliki sifat yang maha sempurna. Dan mereka juga sepakat bahwa Tuhan tidak
melakukan intervensi pada alam lewat kekuatan yang supernatural. Karena tidak
semua penganut paham deisme ini setuju tentang keterlibatan Tuhan terhadap alam
dan keterlibatan Tuhan terhadap kehidupan sesudah mati.
Atas dasar
perbedaan kesepakatan tersebut, deisme dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
1. Tuhan tidak
terlibat dengan pengaturan alam. Tuhan menciptakan alam, tetapi Tuhan tidak
menghiraukan segala sesuatu yang telah terjadi atau segala sesuatu yang akan
terjadi setelah penciptaan.
2. Tuhan
terlibat dengan kejadian-kejadian yang sedang berlangsung di alam, tetapi tidak
mengenai perbuatan moral manusia. Manusia memiliki kebebasan bertindak dalam
melakukan suatu perbuatan yang baik maupun yang buruk, jujur dan berbohong, dan
lain sebagainya. Karena semua itu bukan urusan Tuhan.
3. Tuhan yang
mengatur alam dan sekaligus memperhatikan perbuatan moral manusia. Bahwa
sebenarnya, Tuhan ingin menegaskan kepada manusia untuk tunduk pada hukum moral
yang telah ditetapkan oleh Tuhan di dunia. Karena manusia tidak akan hidup
sesudah mati.
4. Tuhan yang mengatur alam dan berharap kepada
manusia supaya patuh terhadap hukum moral yang berasal dari alam. Hal ini
merupakan pandangan suatu bentuk amal perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Amerika dan Inggris banyak menganut pandangan tersebut.[4]
Thomas Paine
adalah salah seorang tokoh deisme yang militan. Tulisannya tentang politik “Common
Sense” dan “The Rights of Man” sangat dipengaruhi oleh konsep
deisme. Pemikiran Paine berpengaruh juga pada revolusi Prancis dan Amerika.
Latar belakang pemikiran deisme Paine adalah karena dia melihat para pemimpin
gereja sangat membelenggu umat. Karena itu, Paine menulis sebuah buku “The
Age of Reason”, yang intinya menolak wahyu ilahi dan mengagungkan kemampuan
akal.[5]
Paine
mengatakan bahwa dia percaya dengan Tuhan Esa, maha kuasa, maha mengetahui, dan
maha sempurna. Dan dia juga menegaskan bahwa Tuhan tidak terbatas oleh akal,
bahkan satu-satunya cara mengungkapkan Tuhan hanya dengan akal. Dia telah
menolak adanya ilmu pengetahuan yang berasal dari wahyu. Karena menurut dia,
katika wahyu dikaitkan dengan agama, maka ada pesan tersendiri dari Tuhan yang
akan disampaikan kepada manusia. Namun, pesan itu hanya diwahyukan kepada orang
tertentu saja, tidak kepada orang lain. Bahwa wahyu itu hanya diturunkan kepada
dirinya bukan kepada orang lain. Oleh sebab itu, orang lain tidak wajib untuk
mempercayai adanya wahyu. Pendapat Paine, yaitu bahwa wahyu Tuhan yang
sebenarnya adalah manusia yang sudah dilengkapi oleh akal.
Paine juga
menegaskan bahwa adanya wahyu itu mustahil, karena keterbatasan bahasa manusia
untuk menangkap makna yang terdapat pada kandungannya. Wahyu Tuhan tidak berubah
dan universal, sedangkan bahasa manusia tidak universal dan berubah. Manusia
tidak mempunyai sarana dalam berkomunikasi dengan sesuatu yang tidak berubah. Paine
menolak adanya wahyu yang terdapat pada setiap kelompok dalam agama, baik
secara tertulis maupun secara lisan. Karena dia beranggapan bahwa semua
kepercayaan itu hanya suatu penemuan manusia yang telah dibuat-buat.
Paine
berkomentar bahwa semua sistem yang terdapat pada agama tidak ada yang
merendahkan derajat Tuhan dan tidak bermanfaat jika manusia menentang akal sebagai
perangkat untuk berfikir.
C. Proses Awal Mengenal Tuhan
Awal Paine mengenal
Tuhan dapat diketahui beberapa proses sebagai berikut:
1.
Evolusi
Pada konsep ini manusia mengenal dan mulai mencari
Tuhan melalui perkembangan secara evolusi. Kepercayaan yang beredar dikalangan
masyarakat berkembang berdasarkan perkembangan
dimensi waktu dan tempat. Pada tingkatan ini manusia mempercayai tentang
sesuatu kekuatan tertentu yang memegang seluruh kendali dalam kehidupan.[6]
Dalam mengenal Tuhan, manusia harus mengetahui
perkembangannya secara evolusi, yaitu:
·
Animisme
Kepercayaan ini berasal dari bahasa latin anima yang
berarti “roh”. Animisme adalah kepercayaan terhadap makhluk halus atau roh
nenek moyang yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat primitif.
·
Dinamisme
Dinamisme berasal dari bahasa Yunani dunamos yang
berarti daya, kekuatan atau kekuasaan. Kepercayaan dinamisme merupakan salah
satu kepercayaan yang marak terjadi pada masa prasejarah. Kehidupan pada masa tersebut,
mencipkakan kepribadian yang selalu membutuhkan suatu kekuatan super diluar
tubuh manusia itu sendiri.
·
Politheisme
Bangsa di dunia yang menganut kepercayaan potheisme
adalah bangsa Yunani. Dalam kehidupan masyarakatnya mereka mengenal kekutan luar
biasa yang berada dalam wujud dewa. Bangsa
Yunani meyakini banyak
dewa.
·
Monotheisme
Monoteisme berasal dari kata Yunani, monon yang
berarti tunggal dan Theos yang berarti Tuhan. Monotheisme adalah kepercayaan
bahwa Tuhan itu tunggal dan berkuasa penuh atas segala sesuatu. Kebanyakan kaum
monoteis akan mengatakan bahwa monoteisme pasti berlawanan dengan politeisme.
Namun pada kenyataannya, pemeluk politeisme sering berlaku selayaknya kaum
moteisme. Ini disebabkan karena keyakinan akan tuhan yang banyak itu tidak
berarti bahwa mereka menyembah banyak tuhan.[7] Yang termasuk di dalam motheisme adalah
:
Ø
Theisme
Ø
Deisme
Ø
Panteisme
2.
Relevasi
Pencarian akan sosok Tuhan dilakukan dengan cara
melihat dan mempelajari wahyu-wahyu yang diturunkan. Misalnya dalam islam, hal
ini dipelajari melalui wahyu Allah yang diberikan melalui para Nabi dan Rasul. Salah satu contohnya adalah Nabi
Adam as Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah untuk menghuni
dunia. Diciptakan dari tanah, Adam menghuni surga dan dititahkan untuk
dihormati oleh para penghuni surga lainnya. Adam beristrikan seorang wanita
bernama Hawa. Secara historik, mereka berdua diusir dari surga karena berbohong
dan melanggar janji yang telah disepakati. Islam, Yahudi dan Kristen dapat
disebut sebagai agama Abrahamik karena ketiga agama tersebut meyakini
keberadaan nabi Adam walaupun antara ketiganya terdapat perbadaan kisah. Akan
tetapi terdapat kesamaan yaitu, semua agama mengimani bahwa Adam merupakan
nenek moyang seluruh umat manusia.
3.
Eksistensi
Eksistensi merupakan proses pencarian Tuhan
berdasarkan keberadaan Tuhan. Sebagian besar pola pikiran manusia adalah
meyakini sesuatu yang secara langsung dapat dirasakan melaliu indera. Hal ini
pula yang diterapkan beberapa kelompok manusia dalam proses pencarian Tuhan.
Yang termasuk keyakinan ini antara lain:
·
Theisme istilah yang mengacu kepada keyakinan akan Tuhan
yang 'pribadi', artinya satu tuhan dengan kepribadian yang khas, dan bukan
sekadar suatu kekuatan ilahi saja.
·
Deisme adalah
bentuk monoteisme yang meyakini bahwa Tuhan itu ada. Akan tetapi, seorang deis
(sebutan untuk pemeluk deisme) menolak gagasan bahwa tuhan ini ikut campur di
dalam dunia. Jadi, deisme menolak wahyu yang khusus termasuk tidak meyakini
peraturan-peraturan yang terdapat di dalam kitab suci.
·
Panteisme Kaum
ini berpendapat bahwa alam sendiri itulah Tuhan. Jadi keberadaan Tuhan tidak
terbatas bisa dimana saja.
·
Sekularisme
suatu kepercayaan bahwa ajaran tuhan ini hanya sebatas menyangkut hubungan
antar manusia dan Tuhan.
·
Pluralisme
Keyakinan pluralisme adalah keyakinan yang mengimani
adanya Tuhan bersama dengan semua agama yang ada. Dalam keyakinan ini, agama
mempunyai konsep yang sangat luas dan penerimaannya secara universal kepada
semua agama-agama yang berbeda.[8]
4.
Sekterian
Sekterian dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.
Utilitarianisme
Utilitarianisme adalah sebuah teori yang secar
berturut-turut dikembangkan dan disempurnakan oleh David Hume, Jeremy Bentham,
James Mill dan John Stuart Mill. Dalam pemahaman ini, setiap manusia diajarkan
untuk meraih (kenikmatan) terbesar untuk orang terbanyak. Kenikmatan dinilai
sebagai satu-satunya kebaikan yang nyata sedangkan penderitaan dinilai sebgai
kejahatan intrinsik. Keyakinan menurut paham ini bukan persoalan taat atau
tidaknya seseorang pada seseorang akan tetapi lebih mengarah pada seberapa
besar usaha seseorang untuk menciptakan kebahagiaan tanpa batas untuk orang
semua makhluk Tuhan.
b.
Hedonisme
Kata Hedonisme sendiri beasal dari kata Yunani yang
bermakna kesenangan. Epicurus, tokoh utama Hedonisme yang percaya bahwa manusia
seharusnya mencari berbagai kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan pikiran
ketimbang tubuh. Menurut Epicurus, orang bijak harus menghindari berbagai
kesenangan yang akhirnya akan berujung pada penderitaan. Sekali lagi Hedonisme
adalah pandangan hidup yang menjadikan kesenangan sebagi tujuan utama dari
kehidupan. Bagi penganut paham ini hidup hanya satu kali sehingga barang siapa
yang tidak memanfaatkannya maka dia termasuk orang yang merugi.
c.
Vitalisme
Dalam pandangan ini kebahagiaan yang terletak pada
kemenangan atau kekuatan yang menimbulkan kemenangan.[9]
D. Analisa
Menurut analisa kami, bahwa aliran deisme
ini mempelajari tentang Tuhan. Tuhan merupakan satu-satunya pencipta alam dan
jika terjadi kerusakan di alam maka Tuhan tidak ikut campur, karena alam sudah
memiliki mekanisme tersendiri dalam mengatur alam.
Berbicara tentang
konsep ketuhanan dan para tokohnya , yaitu aliran deisme ini
dipelopori oleh Newton dan pemikirannya dikembangkan oleh Thomas Paine. Paine
menganggap bahwa ia percaya dengan Tuhan Esa dan ia mengatakan bahwa Tuhan
tidak terbatas oleh akal, bahkan satu-satunya cara mengungkapkan Tuhan hanya
dengan akal.
Menurut Paine, dalam mengenal Tuhan,
manusia harus melalui proses terlebih dahulu. Proses ini diantaranya, yaitu
evolusi, relevasi, eksistensi, dan sekterian. Dari keempat proses ini, semuanya
mempunyai macam-macam cara pembagian tersendiri. Seperti yang sudah dijelaskan
di atas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Deisme adalah
suatu aliran atau paham yang menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya dewa
pencipta alam dan keberadaanya jauh di luar alam. Paham deisme
ini menggunakan alam sebagai bentuk ciptaan yang diciptakan oleh Tuhan. Karena
alam merupakan salah satu bentuk eksistensi Tuhan. Tuhan mempunyai sifat yang
abstrak, sehingga manusia tidak dapat melihat, tetapi manusia percaya terhadap
eksistensi-Nya dari alam.
Ada beberapa konsep dalam proses mengenal Tuhan, yaitu evolusi,
relevasi, ekstintensi dan sekterian. Proses
manusia dalam mencari wujud tuhan berbeda-beda. Tergantung bagaimana cara
manusia itu memaknai semua kejadian dalam hidupnya. Setiap pola terdapat
berbagai kekurangan dan kelebihan. Akan tetapi semakin bijak seseorang maka
kelebihan dan kekurangan tersebut dapat saling melengkapi satu sama lainnya
sehingga perwujudan Tuhan akan begitu nyata dalam kehidupan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia
biasa kita menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong Karen. 1993. Sejarah Tuhan. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Assegaf
Muhsin. 2005. Dua Wajah Tuhan. Jakarta: Pustaka Zahra.
Bakhtiar Amsal. 2012. Filsafat Agama. Jakarta:
Rajawali Pers.
http//scribd.com/doc/12898353/proses-mengenal-Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar