Oleh : Abd. Shamad
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses
perkembangan manusia tidak lepas dari sejarahnya. Berawal dari yang paling
kecil dan terkesan kekanak-kanakan sampai besar dengan kedewasaan. Semua
berjalan beriringan mengikuti alurnya waktu dan kebutuhan yang harus
dipenuhinya. Kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan jasmani atau rohani yang
mewarnai corak perkembangannya masing-masing mengantarkan manusia ke pintu
kesempurnaan.
Dalam
sejarah peradaban, dikenal beberapa zaman dalam pemetaan. Ada zaman batu,
perunggu sampai pada zaman kontemporer yang segalanya tampak serba mudah dan
terpenuhi. Begitulah manusia dengan ketidakpuasannya melakukan perubahan dalam
efisiensi dan pemenuhan kebutuhan sesuai harapan. Meskipun di balik semua itu banyak juga yang
dikorbankan sebagai nilai tukar dari perubahan dalam progresifitas sejarah
kehidupan.
Selain
perkembangan peradaban, perkembangan kepercayaan atau keyakinan dalam ranah
spiritual juga tida bisa terpisahkan sebagai roh dari sekian perubahan.
Kepercayaan ini juga beralan seiring perkembangan pola piker manusia. Dan
semakin maju manusia, maka semakin sedikit Tuhan-Tuhan yang dipercayainya
sebagai jawaban dari kelemahannya.
Dalam
sejarahnya banyak ditemukan berbagai kepercayaan sesuai kebutuhan dalam
perkembangan manusia. Berawal dari banyak Tuhan dalam menerangkan
ketidakmampuan dan kebodohan sampai pada kepercayaan akan satu Tuhan yang
mengungguli segalanya. Namun, akankah semua konsep kepercayaan lama ikut
terpendam dan tinggal sejarahnya?. Animisme dan Dinamisme misalnya, tidak
adakah pengaruh dan praktik-praktik mereka sekarang walau tidak dalam bungkus
aliran lamanya?. Terkait hal ini, kami merasa tertarik untuk menulis sebuah
makalah yang mencoba membongkar konsep-konsep ketuhanan lama, khususnya
Dinamisme dan Animisme agar apa yang dijalankan sekarang menjadi semakin jelas dan terlepas dari kepercayaan lama yang
tidak diperlukan dengan wajah-wajah barunya.
B. umusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak
tentang:
1.
Apa itu agama, pengertian dan sejarahnya?
2.
Apa itu Dinamisme dan Animisme?
3.
Bagaimana konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme?
C. Tujuan
Setelah
memabaca makalah ini, kami mengharapkan pembaca mengerti sedikit banyak
tentang:
1.
Agama, pengertian dan sejarahnya.
2.
Pengertian Dinamisme dan Animisme
3.
Konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme
BAB
II
ANIMISME
DAN DINAMISME
A. Agama,
Pengertian dan Sejarah
Menurut
sebagian pendapat, agama berasal dari bahasa sansekerta yang diartikan dengan
haluan dan jalan. Pendapat lain mengatakan bahwa agama berasal dari dua buah
kata, yaitu A yang artinya tidak, dan GAMA yang artinya kacau balau. Jadi agama
adalah tidak adanya kacau balau atau dengan kata lain teratur. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa hidup beragama adalah hidup yang teratur, sesuai dengan
haluan atau jalan yang telah dilimpahkan Tuhan dengan dijiwai oleh semangat
kebaktian.
Pada
dasarnya beragama merupakan kecenderungan manusia yang sesuai dengan instink
dan fitrahnya untuk mengakui adanya kekuatan yang luar biasa di atas alam yang
ada ini. Di sini memeluk sebuah agama merupakan tuntutan hati nurani manusia.
Mengingkari agama berarti mengingkari hati nuraninya sendiri. Hal ini bisa
dibuktikan dengan peristiwa-peristiwa mereka yang mengngkari agama ketika
mendapat kesulitan atau sesuatu yang di luar kemampuannya lalu menyebut nama
Tuhan sebagai pelarian. Walau terkadang Tuhan yang disebutnya bisa saja tanpa
nama. Karena ketika Tuhan bisa diungkapkan dengan banyak nama, maka otomatis
Dia bisa diungkapkan tanpa nama.
Paham
beragama ini terus berkembang seiring dengan perkembangan pikiran manusia dan
kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu manusia yang berarti lebih banyak
yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin sedikit Tuhan yang dipercayainya.
Hali ini dapat dilihat dari perubahan berangsur-angsur dari keyakinan akan
banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada keyakinan akan satu Tuhan (monotheisme).
Adapun
unsure-unsur sebuah agama yang membangun dan melestarikannya adalah sebagai
berikut:
1. Adanya kekuatan gaib yang diyakini (Tuhan)
2. Adanya perasaan takut dan cinta (keimanan)
3. Paham adanya keyakinan yang disucikan (konsep
ketuhanan)
4. Adanya keyakinan bahwa kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat tergantung dengan adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang
diyakini (Tuhan).[1]
B. Pengertian
Dinamisme dan Animisme
Sebelum
masuk pada pembahasan konsep ketuhanan Dinamisme dan Animisme, terlebih dahulu
seseorang perlu mengetahui pengertian dari Dinamisme dan Animisme untuk
mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman dengan menyelaraskan
pemahaman dari pengertian yang mungkin saja sebelumnya berbeda. Dan eksisnya
suatu hal sebenarnya tidak jauh dari definisinya sendiri sebagai kata universal
yang mewakilinya dengan memasukkan cakupan dan pembersihan dari hal-hal luar
yang tidak berhubungan dalam mempertegas kategori dan ruang lingkupnya. Oleh
karena itu, makalh ini pun dimulai dari penjelasan sebuah definisi.
a) Dinamisme
Secara etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau
dynaomos yang artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci
dari dinamisme yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah
pengertian tentang aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan
adanya kekuatan atau gaib yang terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup
atau mati di mana kuatan gaib ini memancarkan pengaruhnya secara gaib pula pada
apa yang ada di sekitarnya.
Dalam Kamus Ilmiah Populer yang disusun Tim Pustaka Agung Harapan,
dinamisme diartikan sebagai kepercayaan primitif dimana semua benda mempunyai
kekuatan yang bersifat gaib.[2]
Orang primitif dengan pengetahuannya yang minim mempercayai hal ini sebagi
jawaban dari ketidakmampuannya dalam mengungkap dan memahaminya lebih dalam.
Sementara hal-hal tersebut dengan berbagai kegunaannya tidak pernah llepas dari
kehidupan. Dan kepercayaan akan kekuatan gaib di dalamnya mungkin menjadi
satu-satunya cara mereka menjelaskan dan memahami berbagai kejadian dalam
menghapus rasa penasaran yang selalu memburunya.
b) Animisme
Kata animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di
sini menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,
animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk
halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati
sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut.
Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru
mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh
ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai
pertolongan.
Sedangkan pengertian
roh dalam masyarakat primitif tidak sama dengan pengertian roh pada masyarakat
modern. Masyarakat primitif belum bisa membayangkan roh yang bersifat immateri.
Karenanya, roh terdiri atas materi yang sangat halus sekali. Sifat dari roh ini
adalah memiliki bentuk, umur, dan mampu makan.[3]
Hal ini dapat diketahui dari sesajen yang diberikan masyarakat primitif sebagai
bentuk hadiah pada roh-roh tersebut.
Teori animisme ini, pertama kali dikemukakan oleh taylor, seorang sarjana
aliran evolusionisme bangsa Inggris yang mengatakan bahwa segala seuatu yang
ada di dunia ini semuanya bernyawa (memiliki roh). Dan roh-roh ini ada yang melekat
pada diri manusia yang disebut jiwa, ada juga yang tidak melekat pada diri
manusia atau terpisah dari badan, seperti lelembut atau hantu, genderuwo dan
lainnya. Kepercayaan animisme ini merupakan asas kepercayaan agama manusia
primitif.
Meskipun masih belum
diakui sepenuhnya sebagai agama, menurut Tylor ada empat tahap proses yang
dilalui animisme untuk bisa diakui sebagai agama primitif. Tahap pertama,
masyarakat primitif mengkhayalkan adanya hantu jiwa (ghost-soul) orang mati yang mengunjungi orang hidup. Hantu jiwa
inilah yang mengganggu orang-orang yang masih hidup. Tahap kedua, jiwa
menampakkan diri. Tahap ketiga, timbul kepercayaan dalam masyarakat tersebut
bahwa segala sesuatu berjiwa. Tahap keempat, dari yang berjiwa itu ada yang
menonjol, seperti pohon besar atau batu yang aneh. Akhirnya, yang paling
menonjol dari kesemuanya itu disembah.[4]
C. Konsep Ketuhanan
dan Peribadatan
Selain adanya hal yang dipyakini dan yang meyakini,
salah satu syarat agama adalah adanya konsep kepercayaan atau ketuhanan yang
membedakannya dari yang lain. Begitu pula dalam dinamisme dan animisme sebagai
sebuah kepercayaan. Berangkat dari berbagai pengertian di atas, dapat
dimunculkan beberapa konsep sebagaimana berikut:
a. Dinamisme
Sebagai kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam
dinamisme dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib menjadi tiga bagian.[5]
1.
Benda-benda keramat
Yang dimaksud benda-benda keramat bagi orang primitif
ialah benda yang memiliki kekuatan luar biasa dan jarang ditemukan bandingnya
sehingga bagi mereka terkesan gaib, seperti logam mas, perak, besi dan lainnya.
Dan untuk menyatakan kekeramatannya, ada berbagai kriteria dengan masing-masing
bagian mempunyai kesaktiannya (makna) sendiri-sendiri. Misalnya ada kebiasaan
di Goa untuk menimbang sepotong rantai dari emas pada tiap-tiap tahun. Kalau
beratnya bertambah ada harapan baik bagi kerajaan. Sebaliknya jika berkurang
maka berarti malapetaka.
2.
Binatang-binatang keramat
Pada kepercayaan bangsa primitif, terdapat suatu
anggapan terhadap beberapa jenis binatang yang keramat. Binatang-binatang ini
dilarang diburu kecuali pada waktu suci. Bahkan ada binatang yang dianggap
dapat menurunkan manusia. Pada umumnya binatang keramat ini dimiliki tiap-tiap
klan dan sangat dihormati. Selain itu, binatang ini dilarang dianiaya, diburu
sewenang-wenang dan dimakan dagingnya dengan sembarangan. Dan hanya dengan
upacara-upacara resmi saja diadakan penyembelihan hewan-hewan ini. Seperti
buaya, harimau, perkutut dan lainnya.
3.
Orang-orang keramat
Dalam masyarakat primitif ada kepercayaan bahwa
beberapa manusia ada yang dianggap suci, bertuah, keramat dan sebagainya.
Mereka dihormati lebih dari yang lainnya, baik karena keturunannya maupun
karena ilmunya. Menurut mereka, orang-orang tersebut memiliki kekuatan gaib.
Misalnya dalam pewayangan. Kresna dan Rama dianggap penjelmaan Wisnu. Sehingga
mereka diyakini sakti, berhak memerintak kerajaan dan mendapat kedudukan tinggi
dalam masyarakat. Selain itu, dalam zaman sekarang ada kiai dalam masyarkat
pedesaan yang selalu didewakan seakan tidak pernah salah. Hal ini merupakan
sisa-sisa dinamisme.
b. Animisme
E.B Tylor berpendapat
bahwa agama primitif timbul dari animisme. Maka dapat dikatakan bahwa animisme
adalah cikal bakal agama. Karena sesuai dasar pertama dalam agama yakni iman
atau percaya, maka hal ini dirasa benar adanya. Lebih lanjut Tylor menjelaskan
karakteristik yang dimiliki semua agama, baik besar maupun kecil, kuno atau
modern adalah kepercayaan pada roh yang berpikir, bertindak, dan merasa seperti
pribadi manusia.[6] Inilah
yang menjadi titik persamaannya dengan animisme, yakni percaya pada roh.
Apabila ditinjau dari
bentuknya, animisme memiliki beberapa sifat yang menyerupai sifat agama,
misalnya dalam animisme orang mempercayai barang yang gaib dan barang-barang
ruhaniah, memuja kekuatan dan kekuasaan yang maha tinggi untuk mendapatkan
limpahan kasih saying dan kebahagiaan hidupnya, insyaf akan kelemahan manusia sehingga
mereka dengan rela dan patuh menyandarkan diri pada kekuatan gaib.
Dalam kepercayaan
animisme ini, terdapat banyak ragam kepercayaan. Kepercayaan-kepercayaan
tersebut dikelompokkan menjadi empat.[7]
1.
Kepercayaan dan penyembahan kepada alam (Naturewonship). Seperti
penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2.
Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda (folishworship). Dalam
anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan benda-benda tersebut
akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup. Seperti kepercayaan pada
batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk membakar mayat dan lainnya
3.
Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang (animalworship).
Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan keselamatan dan
kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di india, buaya dan
lainnya.
4.
Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang (ancestor-worship).
Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang sudah mati masih hidup
dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi orang yang mengadakan
peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari, seratus hari dan
seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh btersebut. Bahkan
roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk dimintai doa restu
dan lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paham
beragama terus berkembang seiring dengan
perkembangan pikiran manusia dan kebutuhan-kebutuhan mereka. Semakin maju ilmu
manusia yang berarti lebih banyak yang dapat dilakukannya sendiri, maka semakin
sedikit Tuhan yang dipercayainya. Hali ini dapat dilihat dari perubahan
berangsur-angsur dari keyakinan akan banyak Tuhan (polytheisme) sampai pada
keyakinan akan satu Tuhan (monotheisme).
Secara
etimologis, dinamisme berasal dari kata Yunani dynamis atau dynaomos yang
artinya kekuatan atau tenaga. Dari sini dapatdiambil kata kunci dari dinamisme
yaitu kekuatan atau tenaga. Jika dikembangkan dalam sebuah pengertian tentang
aliran akan didapatkan sebagai kepercayaan (anggapan) akan adanya kekuatan atau
gaib yang terdapat pada berbagai barang, baik yang hidup atau mati di mana
kuatan gaib ini memancarkan pengaruhnya secara gaib pula pada apa yang ada di
sekitarnya.
Sebagai
kepercayaan terhadap benda yang memiliki kekuatan gaib, dalam dinamisme
dilakukan klasifikasi benda-benda yang memancarkan kekuatan gaib menjadi tiga bagian.
1. Benda-benda keramat
2. Binatang-binatang keramat
3. Orang-orang keramat
Kata
animisme berasal dari anima yang berarti nyawa atau roh. Kata roh di sini
menjadi kata kunci dalam pemahaman konsep animisme. Kalau dikembangkan,
animisme dapat diartikan sebagai sebuah kepercayaan terhadap adanya makhluk
halus atau roh-roh yang ada pada setiap benda baik benda hidup atau benda mati
sekalipun. Tidak hanya percaya, mereka bahkan memuliakan roh-roh tersebut.
Penghormatan ini dilakukan agar tidak mendapat gangguan mereka tetapi justru
mendapat keberuntungan dari mereka dengan adanya penghormatan. Karena roh-roh
ini dapat memberi banyak manfaat (dalam keyakinan mereka) dan dapat dimintai
pertolongan.
Dalam kepercayaan animisme ini,
terdapat banyak ragam kepercayaan. Kepercayaan-kepercayaan tersebut
dikelompokkan menjadi empat.
1. Kepercayaan dan penyembahan kepada alam
(Naturewonship). Seperti penyembahan pada api, matahari, bintang dan lainnya.
2. Kepercayaan dan penyembahan kepada benda-benda
(folishworship). Dalam anggapan mereka siapa saja yang memakai atau menggunakan
benda-benda tersebut akan terhindar dari malapetaka dan kesengsaraan hidup.
Seperti kepercayaan pada batu akik, besi buat jimat, air buat obat, api untuk
membakar mayat dan lainnya
3. Kepercayaan dan penyembahan kepada binatang binatang
(animalworship). Binatang-binatang ini dipuja karena dianggap memberikan
keselamatan dan kemanfaatan. Seperti sapi di Bali, Lembu di Mesir, ular di
india, buaya dan lainnya.
4. Kepercayaan dan penyembahan kepada roh nenek moyang
(ancestor-worship). Dalam kepercayaan orang primitif, roh orang-orang yang
sudah mati masih hidup dan dapat diminta pertolongannya. Maka tidak jarang lagi
orang yang mengadakan peringatan bagi si mati selama tiga atau tujuh hari,
seratus hari dan seterusnya. Ditambah dengan pemberian sesajen kepada roh-roh
btersebut. Bahkan roh-roh ini dapat dipanggil oleh orang-orang tertentu untuk
dimintai doa restu dan lainnya.
B. Saran
Dalam
menanggapi berbagai macam agama, sebaiknya seseorang tidak terlalu ekstrim atau
bersikap fanatic yang berlebihan terhadap keyakinannya. Sehingga tercipta kerukunan
antar-agama dan bisa saling bekerjasama dalam membangun Negara. Karena walau
bagaimanapun semuanya terpengaruh oleh latar belakang masing-mamsing dan
pengetahuannya. Selain itu, semuanya tidak yang memberikan garansi keselamatan
kecuali janji-janji saja sesuai kepercayaan dan sama-sama memiliki peluang
keselamatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1991.
Perbandingan Agama. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan
Kepercayaan Manusia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Pals, Daniel L. Seven Theories Of Religion Dari Animisme
E.B. Tylor, Materialisme Karl Marx Hingga Antropologi C. Geertz. Yogyakarta:
Qalam, 2001.
Tim
Pustaka Agung Harapan. ________. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Pustaka
Agung Harapan.
Warsito, Loekisno
Choiril. Paham Ketuhanan Modern Sejarah
Dan Pokok-Pokok Aja
rannya. Surabaya: Elkaf, 2003.
rannya. Surabaya: Elkaf, 2003.
[1]Abu Ahmadi, Perbandingan
Agama, (PT. Rineka Cipta; Jakarta, 1991), 08
[2]Tim Pustaka
Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer (Pustaka Agung Harapan, Surabaya)
103
[3]Loekisno
Choiril Warsito, Paham Ketuhanan Modern
Sejarah Dan Pokok-Pokok Ajarannya, (Surabaya: Elkaf, 2003), 62.
[4]Amsal Bakhtiar,
Filsafat Agama Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan
Manusia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), 63.
[5]Ahmadi, Perbandingan
Agama, 35-39
[6]Daniel L. Pals,
Seven Theories Of Religion Dari Animisme
E.B. Tylor, Materialisme Karl Marx Hingga Antropologi C. Geertz, (Yogyakarta:
Qalam, 2001), 41.
[7]Ahmadi, Perbandingan
Agama, 42-46
Tidak ada komentar:
Posting Komentar