Selasa, 22 Januari 2013

Yunani, Sebelum Kelahiran Filsafat



Oleh : Abd. Shamad dkk

PENDAHULUAN

A.                         Latar Belakang
Ketika membahas filsafat, tidak lengkap rasanya kalau mengesampingkan sejarahnya. Filsafat yang diawali dari Yunani menuntut mereka yang benar-banar mau mengkajinya akan pembahasan keadaan sosio kultural dan politik bangsa Yunani sebelumnya.  Hal ini bukan berarti menarik diri ke dalam kebudayaan primitif tanpa maksud tertentu. Dari sini bisa diambil ghiroh atau semangat bangsa Yunani dalam memerangi doktrin-doktrin yang mengungkungnya selama berabad-abad. Dari sini juga dimulai sebuah pengertian tentang filsafat secara utuh.
Mengetahui sejarah awal filsafat berarti juga mengetahui apa filsafat itu sendiri. Karena tanpa mengetahui apa itu filsafat tidak akan memungkinkan untuk menentukan awal dari filsafat. Di sini juga berarti mengetahui hasil-hasil pemikiran para filsuf sebelumnya sebagai perbandingan dan bahan acuan agar tidak terkesan terjadi pengulangan tanpa adanya perkembangan.
Setiap hasil pemikiran tidak akan pernah lepas dari pengaruh sosial kemasyarakatan, faktor geografis atau latar belakang pemikirnya. Semua itulah yang akan membentuk paradigma berfikir dan batasan dari kebebasan fikiran setiap orang disamping latar belakan pendidikannya.
Melihat berbagai fenomena di atas, kami merasa tertarik untuk membahas tentang sejarah Yunani sebelum filsafat yang telah mempengaruhi para filsuf yang lahir setelahnya, baik terkait dengan agama, budaya dan keadaan masyarakatnya. Di samping itu, filsafat sering dikaitkan dengan mitos, sastra atau puisi yang menjadi hal istimewa bagi bangsa Yunani sebelumnya.


B.                Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas tentang;
1.      Bagaimana hubungan filsafat dengan puisi?
2.      Bagaimana corak kesusastraan atau puisi  Yunani sebelum filsafat?
3.      Bagaimana keadaan Yunani ditinjau dari segi teologis di era sebelum filsafat?

C.                Tujuan
 Setelah membaca makalah ini, pembaca diharapkan mengerti tentang;
1.      Persteruan filsafat dengan puisi.
2.      Corak puisi Yunani.
3.      Agama primitif Yunani.


PEMBAHASAN


A.   Perseteruan Puisi dengan Filsafat
Menurut orang-orang Yunani penting, filsafat muncul dari mitos, agama dan puisi. Dunia Yunani kuno dibangun di atas mitos dan kesusastraan berkembang pada waktu itu. Penyair sekaligus penghibur, artis, perajin, guru dan pendidik bangsa.[1] E. Bethe dalam bukunya Mithus Sage marchen  mengatakan bahwa mitos adalah filsafat primitif, bentuk paling primitif pengungkapan gagasan dalam menerangkan kehidupan. Mungkin banyak orang bertanya, dimanakah letak kontrofersi puisi dan filsafat itu sendiri?.
Sejarah Yunani kuno dalam filsafat dimulai dari perang Troya sekitar 1200 S.M. Zaman ini merupakan inspirasi mitos-mitos Yunani yang selanjutnya berkembang dalam penciptaan epos-epos Homer dengan bentuknya yang puitis.[2] Hal inilah yang pada masa-masa setelahnya menimbulkan apa yang disebut dengan pertentangan puisi dan filsafat, bukan puisi secara keseluruhan tetapi lebih pada epos-epos puitis Homer dan mite-mite lain yang diungkap dengan cara yang puitis.
Homer sendiri seakan injil bagi Yunani kuno. Sebagai karya Homerus yang berawal dari mitos dengan coraknya yang puitis, Homer bebas dari kritik. Para pujangga waktu itu hanya bisa menulis karya sastra tersebut tanpa mempertanyakan mitos secara eksplisit. Baru para filsuf yang menjelaskannya secara harfiah atau lebih objektif dengan mempertanyakan kebenarannya.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa bitologi atau mitos sudah ada sejak masa sebelum filsafat. Melalui mite-mite ini manusia mencari keterangan tentang asal usul alam dan mencoba menerangkan kejadian-kejadian alam juga masalah hidup manusia. Hanya saja jawaban yang diberikan kurang memuaskan, tidak bias dipertanggung jawabkan atau tidak logis. Mitos lebih mengedepankan kekuatan gaib.[3]
Bagi para filsuf awal, pertanyaan filososis timbul dari sikap artistik, bukan sikap ilmiah. Hal ini mungkin merupakan wujud dari kritik mereka terhadap Homerus yang puitis. Ketika membaca karya-karya filsuf awal harus secara metaforis dalam memahaminya, bukan dipahami secara harfiah sebagaimana karya filsuf sekarang.[4]
Memang tidak bisa disangkal, pemikiran filsuf awal dipengaruhi mitos-mitos yang manjadi pujaan sebelumnya. Memang tidak semua mitos ditolak atau paling tidak ketika jauh dari kebenaran, maka paling tidak ungkapan-ungkapan puitisnya saja yang diambil dengan berbagai keterangan lain.
Dari berbagai wacana di atas sebenarnya dapat disimpulkan kalau pertentangan puisi dan filsafat merupakan pertentangan mitos dan logos sebagai dasar filsafat. Bukan dari segi artistik atau kepuitisannya, tetapi lebih pada wacana objektivitas. Jika puisi itu utopis imajinatif maka filsafat bersifat logis, tidak sekedar sebuah ungkapan tanpa penelusuran walaupun dalam ungkapan-ungkapannya kadang juga puitis. Mitos-mitos yang tersusun dalam karya puitis Homer dan lainnyalah yang menimbulkan kontroversi dalam menerangkan dunia dan kejadian di dalamnya.


  1. Puisi Teoloogis
            Pada Yunani kuno, antara mitos, puisi dan krtuhanan menjadi satu. Mitos yang puitis dan berbau teologis tentang para dewa. Dan mitos-mitos ini termaktub dalam Homer atau Hesiod. Stephen Palmquis menulis dalam buku The Tree of Philoshopy bahwa pelaku dalam mitos biasanya  adalah para dewa, sesuatu yang adikodrati, atau pahlawan dengan kekuatan adikodrati.[5]
            Dalam Homer dan Hesiod diceritakan tentang kehidupan para dewa, soal perang, perlombaan dan tindakan-tindakan para dewa yang telah membentuk tindakan manusia (menurut mereka bangsa Yunani). Kesedihan, kebahagiaan, kejahatan, kebaikan dan terjadinya alam juga diceritakan dalam menerangkan sisi-sisi kehidupan.
            Homer dan Hesiod menceritakan cerita tentang perilaku manusia dilihat dengan latar belakang dunia di mana ketidakadilan tidak akan pergi tanpa hukuman, dimana perbuatan manusia memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan. Motif ini jelas dari garis pembukaan Iliad.[6]
            Dalam Theogony Hesiod yang obyek utama keprihatinan dituliskan tentang pe jawaban pertanyaan-pertanyaan teologis  Siapakah para dewa? Apa hubungan antara mereka; bagaimana dunia dan manusia terbentuk?. Putri dari Zeus dan Memori  memberikan jawaban. “Dan mereka, mengucapkan suara abadi mereka, merayakan dalam lagu pertama dari semua Pendeta ras para dewa dari awal, mereka yang Bumi dan lebar surga memperanakkan, dan para dewa bermunculan ini, pemberi hal yang baik”. Kemudian, berikutnya dewi bernyanyi “Zeus - ayah dari dewa dan manusia, ketika mereka mulai dan berakhir ketegangan mereka - betapa dia adalah yang paling baik di antara para dewa dan tertinggi berkuasa. Dan lagi, mereka mengucapkan ras manusia dan raksasa yang kuat, dan menggembirakan jantung Zeus”.(Theogony, 43-51).[7]
            Puisi ini memiliki beban tiga kali lipat. Pertama, hal datang menjadi ada dari dunia, kosmogoni yang dibicarakan dalam hal lomba pertama para dewa. Kedua, urutan generasi para dewa diberikan, Theogony yang tepat. Ketiga, cerita bagaimana Zeus mendapatkan supremasi atas dewa-dewa lainnya.
            Untuk memperkenalkan sedikit puisi Homerus, di sini kami tulis sedikit dari baris-baris pertama syair Ilias yang disalin dalam prosa Inggris sebagaimana dari bahasa Yunani (latin) Berikiut;
“The wrath of Achilles is my theme, that fatal wrath which, in fulfilment of the will of Zeus, brought the Achaeans so much suffering and sent, the gallant souls of my noblemen to Hades, leaving their bodies as carrion for the dogs and passing birds. Let us begin, goddes of song, with the angry parting that took place between Agamemmon King of Men and the great Achilles son of Peleus”.

  1. Agama Primitif Yunani
            Dunia Yunani kuno sebelum filsafat lahir penuh dengan sihir atau  kekuatan-kekuatan gaib (magic).  Mereka cenderung berfikir dapat mengendalikan peristiwa dengan mantra-mantra (doa). Saat itu, dunia penuh dengan roh baik dan jahat. Roh-roh ini berkomunikasi dengan manusia dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh orang-orang khusus yang dikenal dengan dukun. Dukun merupakan titik hubung antara yang gaib (dunia roh) dengan manusia.[8]
            Sihir kuno berfungsi menurut dua prinsip. Pertamam mimesis, yaitu gagasan bahwa seseorang dapat memiliki kekuatan seseorang atau sesuatu dengan menirunya. Kedua, contagion, adalah gagasan bahwa kekuatan yang dimiliki seseorang atau sesuatu dapat dipindahkan melalui kontak dengannya.[9] Bangsa Yunani primitif percaya bahwa mereka dapat menggunakan kekuatan alam dengan membuat representasi imitatif berupa sketsa dan patung.
            Paganisme orisinal di atas dengan spiritual mereka, baru hilang setelah invasi Eropa Selatan oleh pejuang Yunani dari Timur. Mereka membawa budaya dan agama patriarkal serta menempatkan Dewa Zeus di pucuk hierarki keramat pagan.[10]
            Kebangkitan agama dari abad keenam SM-terkait dengan kultus misteri. Misteri kultus-lokal bentuk dewa melambangkan individualisme. kultus Dionysian bergabung dengan gaib, doktrin jiwa abadi dan transmigrasi. Mungkin miring terhadap filsafat terutama metafisika dan terutama kepada filsafat agama berorientasi Pythagorean, dari Parmenides dan Heraklitus.
            Dari beberapa hal di atas, dapat diketahui bagaimana orang-orang Yunani bertahap menggantikan tentang keilahian Cthonic dengan yang dari Olimpia, dari takhayul primitif dengan dewa papan atas antropomorfik. Dengan ketidak sempurnaan mereka, para dewa Olimpia merupakan bagian penting orang-orang Yunani.
            Selanjutnya, lapisan dewa sistematis dalam Theogony Hesiod, misalnya, mewakili invasi sukses Hellas, Zeus dan yang lainnya. Olimpiade mewakili kekuasaan dari Hellenes, dewa yang kemudian dicangkokkan ke obyek-obyek pemujaan takhayul dari masyarakat yang ditaklukkan. Hal ini menjelaskan dewa ditulis dengan tanda penghubung yang berlimpah dalam mitologi Yunani, dimana dewa lokal diidentifikasi dengan Zeus atau lainnya dari Olympians. Ini pra-Keunggulan Olympian yang terlihat di Homer. Sementara di Hesiod langkah lain diambil, yang membawa kita ke ambang apa yang kemudian disebut filsafat. Gerakan ini dari Cthonic atau
dewa dunia bawah - benda takhayul dan keengganan dengan Olimpiade dewa. Dalam Homer semua ini adalah latar belakang, bagian dari interpretasi dari apa  pada dasarnya dunia manusia, tahap tindakan yang konsekuensinya harus diterima. Dalam Theogony itu, para dewa sendiri adalah obyek dari kepedulian dan mereka dipanggil untuk menjelaskan, bukan hanya bidang tindakan, tapi juga bentuk dari dunia di sekitar kita. Dalam bagian kosmogoni, dunia alam dijelaskan, tetapi para dewa dan apa yang menjadi dewa adalah prinsip-prinsip penjelasan.

PENUTUP

  1. Kesimpulan
            Filsafat muncul dari mitos, agama dan puisi. Dunia Yunani kuno dibangun di atas mitos dan kesusastraan berkembang pada waktu itu. Penyair sekaligus penghibur, artis, perajin, guru dan pendidik bangsa. E. Bethe dalam bukunya Mithus Sage marchen mengatakan bahwa mitos adalah filsafat primitif, bentuk paling primitif pengungkapan gagasan dalam menerangkan kehidupan.
            Sejarah Yunani kuno dalam filsafat dimulai dari perang Troya sekitar 1200 S.M. Zaman ini merupakan inspirasi mitos-mitos Yunani yang selanjutnya berkembang dalam penciptaan epos-epos Homer dengan bentuknya yang puitis.
            Pada Yunani kuno, antara mitos, puisi dan ketuhanan menjadi satu. Mitos yang puitis dan berbau teologis tentang para dewa. Dan mitos-mitos ini termaktub dalam Homer atau Hesiod. Stephen Palmquis menulis dalam buku The Tree of Philoshopy bahwa pelaku dalam mitos biasanya  adalah para dewa, sesuatu yang adikodrati, atau pahlawan dengan kekuatan adikodrati.
            Dalam Homer dan Hesiod diceritakan tentang kehidupan para dewa, soal perang, perlombaan dan tindakan-tindakan para dewa yang telah membentuk tindakan manusia (menurut mereka bangsa Yunani). Kesedihan, kebahagiaan, kejahatan, kebaikan dan terjadinya alam juga diceritakan dalam menerangkan sisi-sisi kehidupan.
            Homer dan Hesiod menceritakan cerita tentang perilaku manusia dilihat dengan latar belakang dunia di mana ketidakadilan tidak akan pergi tanpa hukuman, dimana perbuatan manusia memiliki konsekuensi yang tak terhindarkan. Motif ini jelas dari garis pembukaan Iliad.
            Dunia Yunani kuno sebelum filsafat lahir penuh dengan sihir atau kekuatan-kekuatan gaib (magic). Mereka cenderung berfikir dapat mengendalikan peristiwa dengan mantra-mantra (doa). Saat itu, dunia penuh dengan roh baik dan jahat. Roh-roh ini berkomunikasi dengan manusia dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh orang-orang khusus yang dikenal dengan dukun. Dukun merupakan titik hubung antara yang gaib (dunia roh) dengan manusia.
            Sihir kuno berfungsi menurut dua prinsip. Pertamam mimesis, yaitu gagasan bahwa seseorang dapat memiliki kekuatan seseorang atau sesuatu dengan menirunya. Kedua, contagion, adalah gagasan bahwa kekuatan yang dimiliki seseorang atau sesuatu dapat dipindahkan melalui kontak dengannya.
            Paganisme orisinal di atas dengan spiritual mereka, baru hilang setelah invasi Eropa Selatan oleh pejuang Yunani dari Timur. Mereka membawa budaya dan agama patriarkal serta menempatkan Dewa Zeus di pucuk hierarki keramat pagan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Hermanto setyo, Santoso  Triwibowo Budi. 2001. Sejarah Pemikiran Politik Yunani dan Romawi. PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta.
2.      Palmquis Stephen. 2000. The Tree of Philosophy. Philopsychy Press; Hongkong.
3.      Dr. K. Bertens. 1975. Sejarah Filsafat Yunani dari Thales ke Aristoteles. Kanisius; Jogjakarta.
4.      Neil Turnbull. 2005. Bengkel Ilmu Filsafat. Erlangga; Jakarta.
5.      McInerny Ralph. ____. A History of Western Philosophy ._____; _____
6.       Stone I.F. 1988. The Trial of Socrates. Brown and Company; Boston.


[1] Hermanto setyo, Santoso  Triwibowo Budi. 2001. Sejarah Pemikiran Politik Yunani dan Romawi. PT. Raja Grafindo Persada; Jakarta. Hal-25.
[2] Palmquis Stephen. 2000. The Tree of Philosophy. Philopsychy Press; Hongkong. Yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Muhammad Shodiq
[3] Dr. K. Bertens. 1975. Sejarah Filsafat Yunani dari Thales ke Aristoteles. Kanisius; Jogjakarta, Hal-16.
[4] Neil Turnbull. 2005. Bengkel Ilmu Filsafat. Erlangga; Jakarta. Hal-40 
[5] Shodiq Muhammad. 2002. Pohon Filsafat (terjemah The Tree of Philosophy). Pustaka Pelajar; Yogyakarta. Hal- 24-25.
[6] McInerny Ralph. ____. A History of Western Philosophy.
[7] Ibid.
[8] Neil Turnbull. 2005. Bengkel Ilmu Filsafat. Erlangga; Jakarta.
[9] Ibid.
[10] Ibid. Hal-33

Tidak ada komentar:

Posting Komentar