Oleh : Siti Alinda
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akhlak ialah instuisi yang bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan
suka rela, tindakan yang benar atau yang salah. Menurut tabiatnya, instuisi
tersebut siap menerima pengaruh pembinaan yang baik, atau pembinaan salah
kepadanya. Jika instuisi tersebut dibina untuk memilih keutamaan, kebenaran,
cinta kebaikan, cinta keindahan, dan benci keburukan, maka itu menjadi
trade-mark-nya dan perbuatan-perbuatan baik muncul daripadanya dengan mudah.
Itulah akhlak yang baik, misalnya akhlaq lemah lembut, akhlaq sabar, akhlaq
dermawan, akhlaq berani, akhlak adil, akhlak berbuat baik, dan lain sebagainya
dari akhlak-akhlak yang baik, dan penyempurnaan diri. Dan dalam makalah ini
akan mengupas banyak hal yang bersangkutan tentang tingkah laku yang terpuji.
B. Rumusan
Masalah
1) Bagaimanakah
akhlak yang baik itu?
2) Apa
saja dampak kejujuran dalam hidup sehari-hari?
3) Siapakah
orang yang paling berhak untuk dihormati?
4) Kenapa
harus berbuat baik kepada tetangga?
C. Tujuan
1) Menjelaskan
tentang akhlak yang baik.
2) Kejujuran
akan mendapatkan dampak yang bagus.
3) Agar
lebih memahami siapakah orang yang paling behak dihormati.
4) Agar
mehami bagaimana kita harus berbuat baik kepada tetangga.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Orang yang Baik
adalah Orang yang Baik Akhlaqnya
Menurut pengertian asal katanya (menurut bahasa) kata “Akhlak”
berasal dari kata jamak bahasa Arab “Akhlaq”. Kata mufradnya ialah “khuluqu”
yang berarti:
a.
Sajiyyah =
Perangai
b.
Muruu-ah =
Budi
c.
Thab’u = Tabiat
d.
Adaab = Adab
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu:
Beliau berkata: Rasulullah saw. pernah ditanya tentang sebab paling
banyak yang mengakibatkan orang masuk surga? Beliau menjawab: “Takwa kepada
Allah dan akhlak yang Mulia”.
1.
Berakhlak Mulia
kepada Allah
Senang tiasa ridha terhadap
ketetapan hukum-Nya baik yang berupa aturan syari’at maupun ketetapan takdir,
menerimanya dengan lapang dada, tidak berputus asa maupun bersedih dengan
diucapkan dengan lisan dan hatinya, Radhitu billahi rabban (aku ridha Allah
sebagai Rabb).
2.
Berakhlak Mulia
kepada Makhluk
a.
Kafful adza
(menahan diri dari mengganggu), yaitu dengan tidak mengganggu sesame, baik
melalui ucapan maupun perbuatannya.
b.
Badzlu nada
(memberikan kebaikan yang dipunyai), yaitu rela memberikan apa yang dimilikinya
berupa harta atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya.
c.
Thalaqatul
wajhi (bermuka berseri-seri atau ramah),
adalah dengan cara memasang wajah berseri apabila berjumpa dengan sesama, tidak
bermuka masam atau memalingkan pipi, inilah khusnul khuluq.
Orang yang dapat melakukan ketiga hal tersebut niscaya dia akan
bisa bersabar menghadapi gangguan yang ditimpakan manusia kepadanya, sebab
bersabar menghadapi gangguan mereka termasuk khusnuk khuluq juga. Bahkan jika
dia mengharapkan pahala dan Allah atas kesabarannya tentukan itu akan
menambahkan kebaikan disisi Allah Ta’ala.[1]
Akhlak yang penting bagi setiap insan. Akhlak yang baik
mencerminkan pribadi yang baik manakala akhlak yang buruk sebaliknya.
Seperti Rasulullah saw. sebagai contoh yang paling baik karena
baginda adalah orang yang paling baik akhlaknya, Allah telah sebutkan dalam firman-Nya:
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Hal ini sesuai dengan penuturan Aisyah:
“Rasulullah saw. adalah orang yang baik
akhlaknya”.
B. Kejujuran Membawa kepada
Kebajikan
حَدِيثُ عَبْدِ الله
بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: «إنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ،
وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي
إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّابًا».
[1675] Abdullah bin
Mas'uud r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: Sesungguhny benar (jujur) itu
menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke sorga, dan seseorang itu
berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah seorang siddiq (yang sangat jujur
benar). Dan dusta menuntun kepada lancung, dan lancung (curang) itu menuntun ke
dalam neraka. Dan seorang itu berdusta sehingga tercatat di sisi Allah sebagai
pendusta. (Bukhari. Muslim).
Seorang muslim
sepatutnya bersikap jujur kepada sesama karean agamanya mengajarkan bahwa nilai
kejujuran merupakan modal dari segala anugerah dan sumber dari kemuliaan
akhlak. Dia menjadi pemadu ke jalan yang akan membawanya ke taman surga.
Sebaliknya, kedustaan bisa menjerumuskan pelakunya ke dalam kenistaan neraka.
Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya, kejujuran membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya
kebaikan itu akan membimbing ke surga. Sesungguhnya, seorang laki-laki yang
jujur akan dicatat sebagai hamba yang jujur disisi Allah. Sesungguhnya
kedustaan itu akan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membimbingnya e
neraka. Adapun laki-laki yang berdusta akan dicatat sebagai hamba pendusta
disisi Allah” (Muttafaq
Alaih).
Seorang muslim sepatutnya bersikap jujur, baik dalam perkataan
maupun perbuatan.
Allah menyuruh kita bersikap jujur dan Allah memuji sikap ini.
Seperti yang tersebut dalam firman Allah berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.[2]
Nabi saw bersabda:
“Hendaknya
kalian bersikap jujur, karena jujur menunjukkan seorang kepada kebajikan, dan
kebajikan menunjukkan seoang ke surge. Dan tidaklah seorang selalu bersikap
jujur sampai ia ditulis di sisi Allah sebagai seoang yang jujur”.[3]
Bersikap jujur
adalah jika seorang melaporkan segala sesuatu dengan benar dan laporannya tidak
ditambah atau dikurangi. Dan laporannya bukan dengan tutur kata saja, tetapi
dengan perbuatan, berupa isyarat tangan atau kepala atau diam.
Ibnu Hibban
berkata, “Bersikap jujur mengangkat seorang ke tingkat atas di dunia dan di
akhirat. Demikian pula, bersikap tidak jujur menjatuhkan seorang ke bawah di
dunia dan di akhirat.”
Imam Syafi’I
berkata, “Sarana untuk mencapai kedudukan ada lima, berkata yang jujur,
menyembunyikan rahasia, memenuhi janji, mendahului nasehat dan menyampaikan
amanat”.
Ada beberapa sifat yang dapat menolong seorang untuk bersikap
jujur, diantaranya:
1.
Berdo’a untuk
selalu bersiakap jujur.
2.
Selalu merasa
dilihat oleh Allah.
3.
Membiasakan
berlaku jujur.
4.
Memperhitungkan
berbagai hasil sikap jujur.
5.
Bergaul dengan
orang-orang yang jujur.
6.
Banyak membaca
al-Qur’an dan memahami kandungannya, karena al-Qur’an selalu mengajak manusia
ke jalan yang benar.
Bersikap jujur akan mendapatkan dampak positif yang banyak,
diantaranya:
1.
Pelakunya
dikenal sebagai seorang yang mulia. Karena budi pekertinya bagus, bersih,
berkemauan tinggi dan jenius.
2.
Kehidupannya
mapan. Karena pelakunya dikenal sebagai seorang yang jujur, sehingga orang
tidak ragu untuk berbisnis dengannya, percaya kepada tutur kata dan
pendapatnya, nasehatnya diterima orang dan semua orang ingin bergaul dengannya.
3.
Berhati bersih.
Seorang yang jujur, hatinya selalu tenang dan merasa aman, karena ia tidak
pernah bohong kepada orang lain.
4.
Berjiwa mulia.
Seoang yang jujur tidak pernah grogi, karena ia selalu bertindak tanduk dan
bertutur kata yang benar terhadap orang lain.
5.
Berani dan
percaya diri. Seorang yang jujur berjalan dengan langkah yang mapan dan percaya
diri, karena ia merasa bahwa apa yang ada di hatinya tidak berbeda dengan yang
ada diluarnya.
C. Orang yang Paling Berhak
Dihormati
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimint berkata, “Orang yang
paling baik terhadap keluarganya, karena keluarga adalah orang yang terdekat
dengan dan paling berhak mendapatkan kebaikan. Jika engkau memiliki suatu
kebaikan, hendaknya keluargamu yang paling merasakan kebaikan itu.
Hal ini berkebalikan dengan perbuatan sebagian orang dizaman
sekarang ini. Ada orang yang berbuat buruk terhadap keluarganya, namun bisa
berbuat baik tehadap orang lain. Ini adalah kesalahan yang sangat besar.
Semestinya, keluarga adalah orang-orang yang paling berhak menerima kebaikan
dari anggota keluarganya, karena bersamanya pada waktu malam dan siang, baik
dalam keadaan sepi maupun ramai. Jika engkau berbahagia, merekapun akan bersama
dalam kebaikanmu begitulah sebaliknya. Hendaknya muamalahmu kepada mereka lebih
baik dibandingkan kepada selainnya.
Ibu Lebih di Utamakan
حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ الله صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: يَا رَسُولَ الله!
مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ:
«أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ «ثُمَّ
أَبُوكَ».
[1652] Abuhurairah r.a. berkata: Seorang datang kepada Nabi saw. dan berkata: Ya
Rasulullah, siapakah yang berhak aku layani? Jawab Nabi saw: Ibumu. Ditanya; Kemudian
siapakah? Jawab Nabi saw: Ibumu. Ditanya: Kemudian siapakah? Jawab Nabi saw:
Ibumu. Ditanya, kemudian siapakah? Jawab Nabi saw: Ayahmu. (Bukhari, Muslim).
Islam mengajurkan
bebuat baik kepada oang tua secara adil untuk tidak membedakan persepsi seorang
anak terhadap salah satu dari kedua orang tuanya.
Hadits ini menjadi konfirmasi dari Rasulullah bahwa berbakti kepada
Ibu lebih didahulukan daipada Ayah. Para sahabat pun mempekuat hal yang sama sehingga sangat beralasan jika
berbakti kepada orang tua dikategorikan oleh Ibnu Abbas r.a. sebagai perbuatan
yang paling dicintai Allah.
Al-Qur’an menanamkan kesadaran kepada kita untuk berbuat baik
kepada orang tua. Hamil dan menyusui sebagai kodrat wanita itulah yang
menjadikan kita harus berbakti terhadap Ibu Bapak.
Seorang Muslim dengan Tetangganya
Bersikap baik kepada tetangga
حديث أَبي شُرَيْحٍ الْعَدَوِيّ قَالَ:
سَمِعَتْ أُذُنَايَ وَأَبْصَرَتْ عَيْنَايَ حِينَ تَكَلَّمَ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم، فَقَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ
ضَيْفَهُ جائِزَتُهُ، قَالَ: وَما جاِئِزَتُهُ يا رَسُولَ اللهِ قالَ: يَوْمٌ
وَلَيْلَةٌ، وَالضِّيافَةُ َثلاثَةُ أَيَّامٍ فَما كانَ َوراءَ ذَلِكَ فَهُوَ
صَدَقَةٌ َعلَيْهِ، وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ أخرجه البخاري في: 78 كتاب الأدب: 31 باب من كان يؤمن بالله
واليوم الآخر فلا يؤذ جاره
[30] Abu
Syuraih Al-Adawy r.a. berkata: Telah mendengar kedua telingdku, juga telah
melihat kedua mataku ketika Nabi saw. bersabda: Siapa yang beriman kepada Allah
dan hari kemudian, maka harus menghonnat tetangganya. Dan siapa yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian maka harus menghormat tamunya ja'izahnya.
Sahabat bertanya: Apakah ja'izahnya itu ya Rasulullah? Jawab Nabi saw.:
Ja'izahnya itu ialah hidangan jamuan pada hari pertama (sehari semalam). Dan
hidangan dhiyafah (tamu) itu hingga tiga hari, dan selebihnya dari itu, maka
dianggap sedekah. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka
harus berkata baik atau diam. (Bukhari, Muslim).
Seorang muslim yang berpikir baik dan melaksanakan hukum-hukum
agamanya adalah oang yang bergaul dengan baik kepada tetangganya, banyak
berbuat baik, serta menaruh simpati kepada mereka.
Tetangga dekat adalah tetangga yang mempunyai hubungan keturunan
atau satu agama, sedangkan tetangga jauh adalah tetangga yang tidak mempunyai
hubungan keturunan atau seagama. Adapun teman sejawat adalah oang yang
mempunyai ikatan dalam persoalan-persoalan yang positif. Di sinilah ajaran
Islam yang manusiawi dan toleransi menerapkan penghormatan kepada tetangga dari
berbagai segi.
Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan kemampuannya. Dia
tidak akan menganggap remehan kebaikan-kebaikan kecil yang diberikan kepada
tetangganya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang bodoh karena jika
dia menganggap kecil suatu kebaikan, maka ia akan enggan berbuat baik kepada
tetangganya dan akhirnya akan menghalangi dirinya dan tetangganaya untuk
berbuat baik. Masalah inilah yang diingatkan Rasulullah, khususnya kepada kaum
wanita karena banyak kaum wanita yang merasa malu memberikan sesuatu yang
benilai kecil kepada tetangganya. Nabi besabda kepada kaum muslimah:
“Janganlah sekali-kali seseorang
menghina atas pemberian tetangganya, walaupun beupa kuku kambing” (Muttafaq Alaih).
Allah berfirman:
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat
zaah pun, niscaya dia akan melihat (balas)nya” (Q.S. Az Zalzalah: 7).
Rasulullah
bersabda:
“Hindarkanlah dirimu dari api neraka sekalipun
karena mencuri separo buah kurma” (H.R.
Bukhari).
Rasulullah memperkuat prinsip akhlak Islam dalam haditsnya:
“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah, orang
yang tidak mau berterima kasih kepada manusia” (H.R. Bukhari).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Akhlak yang penting bagi setiap insan. Akhlak yang baik mencerminkan
pribadi yang baik manakala akhlak yang buruk sebaliknya.
Bersikap jujur adalah jika seorang melaporkan segala sesuatu dengan
benar dan laporannya tidak ditambah atau dikurangi. Dan laporannya bukan dengan
tutur kata saja, tetapi dengan perbuatan, berupa isyarat tangan atau kepala
atau diam.
Al-Qur’an menanamkan kesadaran kepada kita untuk berbuat baik
kepada orang tua. Hamil dan menyusui sebagai kodrat wanita itulah yang
menjadikan kita harus berbakti terhadap Ibu Bapak.
Tetangga dekat adalah tetangga yang mempunyai hubungan keturunan
atau satu agama, sedangkan tetangga jauh adalah tetangga yang tidak mempunyai
hubungan keturunan atau seagama
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Fu’ad, dkk, Terjemahan Al Lu’lu’ Marjan, Surabaya:
Al-Ikhlas, 1993.
Adl-Dlarman, Abdurrahman bin Sa’ad, Fiqih Pekerja. Penerbit
Pustaka Anisam, 2005.
Al-Hasyimi, M. Ali. Soso Pria Muslmim. Bandung: Trigenda
Karya, 1997.
Masyur, Kahar. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar