Oleh : Abd. Shamad
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat tidak bias dipandang sebagai
sesuatu yang stagnan dalam segala aspeknya. Sejarah mengajarkan dinamika
mereaka mulai sejak lahir sampai kematian menjemputnya. Secara fisik perubahan
ini dapat dilihat dengan jelas begitu juga perubahan non-fisik yang
termanifestasi dalam perjalanan hidupnya. Masyarakat primitif memburu efisiensi
dan efektifitas yang mengantarkan mereka ke dalam dunia modern seperti yang
ditemukan sekarang.
Fenomena
di atas, merupakan hal yang wajar bahkan mesti dilakukan dalam mempertahankan
hidup di tengah-tengah terbatasnya alam. Manusia dituntut untuk memeras otak
dalam memperbaiki hidupnya dan mengatasi masalah-masalah yang datang silih
berganti. Semua ini membawa manusia ke arah kedewasaan dan kemantapan diri
masing-masing. Sementara mereka yang menutup mata dari semuanya akan
termarginalkan atau bahkan akan punah.
Perubahan
sosial sendiri selain terjadi secara alamiah, terkadang juga direncanakan
(mayoritas) dalam mencapai kepentingan tokoh-tokohnya atau yang ada di belakang
mereka. Hal ini sering berawal dari ketidakpuasan yang membawa
tuntutan-tuntutan lebih untuk diperjuangkan. Di sini juga terkait dengan banyak
factor baik yang mendukung atau menghambatnya. Sehingga berbagai faktor ini
harus diketahui dalam mempermudah tercapainya cita-cita dan mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan.
Mengingat
pentingnya perubahan sosial dan masyarakat yang tidak pernah lepas darinya
dalam menjalani hidup ini, kami merasa tertarik untuk menulis sebuah makalah
yang membahas tentang perubahan ini mulai dari definisi yang membatasinya,
teori-teori yang dapat digunakan dalam membaca masyarakat dan menemukan sebab
terjadinya perubahan juga tentang mekanisme perubahan. Sehingga semuanya bias
berjalan sesuai dengan yang dimaksudkan.
B. umusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak
tentang:
1.
Apa itu perubahan sosial?
2.
Apa saja teori-teori sosial yang terkait dengan perubahan sosial?
3.
Bagaimana proses perubahan sosial?
C. Tujuan
Setelah
memabaca makalah ini, kami mengharapkan pembaca mengerti sedikit banyak
tentang:
1.
Pengertian perubahan sosial
2.
Teori-teori perubahan sosial
3.
Proses perubahan sosial
BAB
II
TEORI
DAN PROSES PERUBAHAN SOSIAL
A. Signifikasi Perubahan
Sosial
Sebelum
masuk pada pembahasan teori dan mekanisme perubahan sosial, terlebih dahulu
harus tahu definisi dari perubahan sosial sendiri yang membedakannya dengan
perubahan lainnya. Selain itu, dikedepankannya sebuah definisi dimaksudkan agar
terjadi kesamaan persepsi sebelum menginjak pada pembahasan inti. Perubahan
sosial (sosial Change) merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan
hubungan sosial. Sedangkan Farley mendefinisikan perubahan sosial sebagai
perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada
waktu tertentu. Perubahan ini meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok
usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, perubahan kadar
rasa kekeluargaan dan lainnya. Berbeda dengan kemajuan yang lebih cenderung
pada penilaian progresif, perubahan sosial bisa mengarah pada kemunduran dan
kemajuan sekaligus.[1]
Perubahan
sosial merupakan fenomena sosial yang wajar. Berjalan terus menerus seiring
dengan kebutuhan, tuntutan dan ketidak puasan masyarakat. Dilihat dari skalanya
(kekuatan) perubahan ini bisa terjadi pada tingkat makro (seperti perubahan
politik dll), di tingkat mezo (seperti perubahan di tingkat kelompok, komunitas
dll), dan tingkat mikro (perubahan interaksi antar individu).
B. Teori-Teori
Perubahan Sosial
Banyak teori yang dapat digunakan dalam menganalisa dan
menerangkan perubahan sosial. Berbagai teori ini akan sangat membantu dalam
mebahas penyebab utama perubahan dan yang terkait dengannya. Di antara beberapa
teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori evolusioner
Menurut teori ini, masyarakat selalu berkembang dari bentuk yang sederhana
menjadi bentuk-bentuk yang lebih kompleks. Dan masyarakat yang berada pada
tahap-tahap pembangunan yang lebih maju
akan lebih progresif dari pada masyarakat lainnya. Teori ini terpengaruh
teori evolusi Darwin dan cenderung bersifat ethnosentris dengan menganggap
masyarakat moderen lebih hebat dari masyarakat-masyarakat sebelumnya.
Sebagaimana evolusi Darwin yang terkuatlah yang akan bertahan hidup, sedangkan
mereka yang lemah akan tersisihkan.[2]
Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah
tetap yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat melalui urutan
pentahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal ke tahap
perkembangan terakhir. Di samping itu, teori evolusioner menyatakan bahwa
manakala tahap terakhir telah dicapai, maka pada saat itu perubahan evolusioner
pun berakhir. Mereka memandang perubahan bersifat konstan di mana perubahan
sosial besar akan berakhir ketika mencapai tahap akhir. Hal ini tampak naïf
yang menyeretnya pada kelemahan teori sosialnya.
Menurut Auguste Comte, ada tiga tahap perkembangan soial yang dilakukan
masyarakat yaitu:[3]
1.
Tahap teologis yang diarahkan oleh nilai-nilai adikodrati (supernatural)
2.
Tahap metafisik, yaitu tahap peralihan
di mana kepercayaan pada unsure adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip
abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya
3.
Tahap ilmiah, di mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung
oleh prinsip-prinsip pengetahuan.
2. Teori siklus
Teori ini mengatakan bahwa masyarakat itu berputar melewati tahap-tahap
yang berbeda-beda. Akan tetapi tahap-tahap ini lebih bersifat berulang (siklus)
daari pada bergerak sebagaimana diasumsikan teoritikus evolusioner. Jadi
menurut teori ini maju dan mundurnya masyarakat mengalami sirkulasi tanpa henti
dengan tidak bergerak menuju perubahan yang lebih progresif. Jadi menurut teori
ini proses peralihan masyarakat bukannya berakhir pada tahap terakhir yang
sempurna, melainkan berputar kemabali ka tahap awal untuk peralihan
selanjutnya. Teori ini cenderung menutup mata dari sejarah perkembangan manusia
yang terus maju memburu efisiensi dan efektifitas.
Dalam pandangan Arnold Toynbee, peradaban besar berada dalam siklus
kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Sedangkan menurut Pitirim
Sorokin, semua peradaban besar dunia berada dalam siklus tiga system kebudayaan
yang terus berputar tanpa akhir:
1)
Kebudayaan ideasional, yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan
terhadap unsure-unsur adikodrati (supernatural)
2)
Kebudayaan idealistis, di mana kepercayaan terhadap unsure adikodrati dan
rasionalitas yang berdasarkan fakta tergabung dalam menciptakan masyarakat
ideal.
3)
Kebudayaan sensasi, di mana sensasi menjadi tolak ukur dari kenyataan dan
tujuan hidup.[4]
3. Teori keseimbangan
Menurut teori ini masyarakat terdiri dari sejumlah bagian yang saling
tergantung satu sama lain, di mana masing-masing bagian ini membantu
keefektifan masyarakat. Sehingga jika terjadi perubahan-perubahan sosial yang
mengganggu salah satu dari bagian-bagian tersebut yang menggoyahkan masyarakat,
maka akan ada perubahan-perubahan sosial tambahan yang akan terjadi dalam
bidang-bidang lain. Hal ini (perubahan bagian lain) akan mengharmoniskan
kembali masyarakat dan membentuk keseimbangan.
4. Teori konflik
Teori konflik memandang masyarakat sebagai mass of groups yang selalu berselisih
satu sama lain. Karena kelompok-kelompok ini bersaing untuk memperoleh
barang-barang dan sumber daya yang ada. Sehingga terjadilah perubahan sosial
dari kompetisi mereka dalam konflik abadi. Konflik ini muncul dari kelompok
oposisi yang tidak puas dengan keadaannya dan selalu berusaha untuk merubah
keadaannya, maka terjadilah disorganisasi dan ketidak stabilan masyarakat.
Perubahan di sini menjadi akibat dari konflik yang terjadi di kalangan
masyarakat.[5]
Teori yang dicetuskan Marx ini merupakan refleksi dari suatu perubahan
besar dan sangat penting dalam sejarah yaitu revolusi industri Prancis. Teori
ini satu sisi sangat peka terhadap faktor yang bersifat teknis menyangkut
perubahan dalam teknik produksi. Di sisi lain mereka terlalu menekankan pada faktor
perubahan teknik produksi sendiri. Dari teorinya, tampak jelas begitu besar
pengaruh kekuatan materi dari proses produksi dalam diri Marx.
C. Proses Perubahan
Sosial
Ketika berbicara tentang mekanisme perubahan sosial,
di sini sangat berhubungan dengan mobilitas sosial dan gerakan sosial. Sebuah
gerakan sosial atau mobilitas sosial dilakukan demi mencapai perubahan.
Biasanya hal ini diawali dengan ketidakpuasan dan kesadaran anggota masyarakat.
Selanjutnya gerakan ini kadang kala terorganisir dan kadang tidak. Di dalamnya
banyak factor yang mendukung jalannya juga banyak faktor penghambatnya yang
menjadikannya bergerak pelan atau bahkan menuai kegagalan.
Selanjutnya berbicara tentang mekanisme perubahan
sosial, William F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian
terinci menyangkut proses perubahan yang sebenarnya. Dia menuliskan beberapa
hal terkait dengan proses perubahan sebagaimana berikut.
1. Penemuan
Penemuan merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama mengenai
suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan di sini merupakan
tambahan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi. Penemuan ini baru menjadi suatu faktor dalam
perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut didayagunakan. Dan ketika suatu
pengetahuan baru dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi, biasanya disusul
oleh perubahan besar.
2. Invensi
Invesi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara
penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Meskipun unsur-unsur yang
sudah ada berperan dalam invensi baru, tetapi ide pengkombinasian alat-alat
demi suatu kegunaan itulah yang menyebabkan timbulnya sesuatu yang belum pernah
ada sebelumnya.
Invensi dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi: invensi material,
(misalnya busur dan anak panah) dan invensi sosial, (misalnya
pemerintahan konstitusional dan perusahaan). Pada kedua ragam invensi tersebut unsur-unsur lama digunakan,
dikombinasikan, dan dikembangkan untuk suatu penggunaan baru. Dengan demikian
invensi merupakan proses yang berkesinambungan. Setiap invensi baru diawali
oleh serangkaian invensi dan penemuan terdahulu. Invensi juga bukan semata-mata
gejala yang berjalan sendiri, melainkan suatu proses sosial yang mencakup
serangkaian modifikasi, pengembangan, dan kombinasi ulang yang tanpa akhir.[6]
3. Difusi
Difusi merupakan penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya. Hal ini berlangsung baik di dalam masyarakat maupun
antarmasyarakat. Terjadinya difusi ketika beberapa masyarakat saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat juga dapat selamat dari difusi
dengan mengeluarkan larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat lain. Hal
ini banyak terjadi dalam masyarakat yang paling inventive.
Difusi merupakan proses dua arah dan proses selektif masyarakat. Sebuah
kelompok menerima sekaligus menolak unsur-unsur kebudayaan dari kelompok
lainnya. Unsur-unsur budaya sendiri meliputi prinsip, bentuk, fungsi dan makna.
Difusi ini biasanya disertai dengan modifikasi tertentu terhadap unsur-unsur
serapan.[7]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan sosial merupakan perubahan
dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. Sedangkan Farley mendefinisikan
perubahan sosial sebagai perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan
struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial merupakan fenomena sosial
yang wajar. Berjalan terus menerus seiring dengan kebutuhan, tuntutan dan
ketidak puasan masyarakat.
Ada beberapa teori perubahan sosial yang dapat digunakan dalam
menganalisa masyarakat dan menemukan sebab dari perubahan sosial diantaranya; teori
evolusioner, teori siklus, teori keseimbangan, teori konflik.
Menurut
Auguste Comte, ada tiga tahap perkembangan soial yang dilakukan masyarakat
yaitu:
1) Tahap teologis yang diarahkan oleh nilai-nilai
adikodrati (supernatural)
2) Tahap metafisik, yaitu tahap peralihan di mana kepercayaan pada unsur adikodrati
digeser oleh prinsip-prinsip abstrak.
3) Tahap ilmiah, di mana masyarakat diarahkan oleh
kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip pengetahuan.
Berbicara tentang mekanisme perubahan sosial,
William F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci
menyangkut proses perubahan yang sebenarnya. Dia menuliskan beberapa hal
terkait dengan proses perubahan di antaranya; penemuan, invensi, divusi
B. Saran
Sebaiknya
seseorang mengerti lebih banyak tentang perubahan sosial dalam segala
aspeknya. Sehingga dia tidak kaget lago terjun di masyarakat vahkan bisa jadi
sebagai aktor dari perubahan. Mereka juga dituntut berpikir dinamis sebagaimana
masyarakat yang dinamis dalam mengimbanginya.
DAFTAR
PUSTAKA
Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Terj. Sahat
Simanora. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Horton, Paul B. Dkk. 1984. Sosilogi Edisi Keenam. Terj.
Aminuddin Ram. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Manheim, Karl. 1986. Sosiologi Sistematis. Terj. Alimandan.
Jakarta: Bina Aksara.
[1]Paul B. Horton
dkk, Sosiologi Edisi Keenam. Terj. Aminuddin
Ram, (Jakarta; Penerbit Erlangga, 1984), 208.
[2]Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar. Terj. Sahat
Simanora, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 453-454
[3]Paul B. Horton
dkk, Sosiologi Edisi Keenam, 209
154-158
[6]Paul B. Horton
dkk, Sosiologi Edisi Keenam, 212-213
bagaiman tentang teori perubahan sosial??
BalasHapusmampir kesini om http://www.shokhibul-arifin.com