Rabu, 09 Januari 2013

Teori dan Mekanisme Perubahan Sosial


Oleh : Abd. Shamad

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
 Masyarakat tidak bias dipandang sebagai sesuatu yang stagnan dalam segala aspeknya. Sejarah mengajarkan dinamika mereaka mulai sejak lahir sampai kematian menjemputnya. Secara fisik perubahan ini dapat dilihat dengan jelas begitu juga perubahan non-fisik yang termanifestasi dalam perjalanan hidupnya. Masyarakat primitif memburu efisiensi dan efektifitas yang mengantarkan mereka ke dalam dunia modern seperti yang ditemukan sekarang.
Fenomena di atas, merupakan hal yang wajar bahkan mesti dilakukan dalam mempertahankan hidup di tengah-tengah terbatasnya alam. Manusia dituntut untuk memeras otak dalam memperbaiki hidupnya dan mengatasi masalah-masalah yang datang silih berganti. Semua ini membawa manusia ke arah kedewasaan dan kemantapan diri masing-masing. Sementara mereka yang menutup mata dari semuanya akan termarginalkan atau bahkan akan punah.
Perubahan sosial sendiri selain terjadi secara alamiah, terkadang juga direncanakan (mayoritas) dalam mencapai kepentingan tokoh-tokohnya atau yang ada di belakang mereka. Hal ini sering berawal dari ketidakpuasan yang membawa tuntutan-tuntutan lebih untuk diperjuangkan. Di sini juga terkait dengan banyak factor baik yang mendukung atau menghambatnya. Sehingga berbagai faktor ini harus diketahui dalam mempermudah tercapainya cita-cita dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Mengingat pentingnya perubahan sosial dan masyarakat yang tidak pernah lepas darinya dalam menjalani hidup ini, kami merasa tertarik untuk menulis sebuah makalah yang membahas tentang perubahan ini mulai dari definisi yang membatasinya, teori-teori yang dapat digunakan dalam membaca masyarakat dan menemukan sebab terjadinya perubahan juga tentang mekanisme perubahan. Sehingga semuanya bias berjalan sesuai dengan yang dimaksudkan.

B.     umusan Masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas sedikit banyak tentang:
1.      Apa itu perubahan sosial?
2.      Apa saja teori-teori sosial yang terkait dengan perubahan sosial?
3.      Bagaimana proses perubahan sosial?

C.    Tujuan
Setelah memabaca makalah ini, kami mengharapkan pembaca mengerti sedikit banyak tentang:
1.      Pengertian perubahan sosial
2.      Teori-teori perubahan sosial
3.      Proses perubahan sosial



BAB II
TEORI DAN PROSES PERUBAHAN SOSIAL


A.    Signifikasi Perubahan Sosial
Sebelum masuk pada pembahasan teori dan mekanisme perubahan sosial, terlebih dahulu harus tahu definisi dari perubahan sosial sendiri yang membedakannya dengan perubahan lainnya. Selain itu, dikedepankannya sebuah definisi dimaksudkan agar terjadi kesamaan persepsi sebelum menginjak pada pembahasan inti. Perubahan sosial (sosial Change) merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. Sedangkan Farley mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan ini meliputi perubahan dalam segi distribusi kelompok usia, tingkat pendidikan rata-rata, tingkat kelahiran penduduk, perubahan kadar rasa kekeluargaan dan lainnya. Berbeda dengan kemajuan yang lebih cenderung pada penilaian progresif, perubahan sosial bisa mengarah pada kemunduran dan kemajuan sekaligus.[1]
Perubahan sosial merupakan fenomena sosial yang wajar. Berjalan terus menerus seiring dengan kebutuhan, tuntutan dan ketidak puasan masyarakat. Dilihat dari skalanya (kekuatan) perubahan ini bisa terjadi pada tingkat makro (seperti perubahan politik dll), di tingkat mezo (seperti perubahan di tingkat kelompok, komunitas dll), dan tingkat mikro (perubahan interaksi antar individu).

B.     Teori-Teori Perubahan Sosial
Banyak teori yang dapat digunakan dalam menganalisa dan menerangkan perubahan sosial. Berbagai teori ini akan sangat membantu dalam mebahas penyebab utama perubahan dan yang terkait dengannya. Di antara beberapa teori tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Teori evolusioner
Menurut teori ini, masyarakat selalu berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk-bentuk yang lebih kompleks. Dan masyarakat yang berada pada tahap-tahap pembangunan yang lebih maju  akan lebih progresif dari pada masyarakat lainnya. Teori ini terpengaruh teori evolusi Darwin dan cenderung bersifat ethnosentris dengan menganggap masyarakat moderen lebih hebat dari masyarakat-masyarakat sebelumnya. Sebagaimana evolusi Darwin yang terkuatlah yang akan bertahan hidup, sedangkan mereka yang lemah akan tersisihkan.[2]
Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan sosial memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat melalui urutan pentahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal ke tahap perkembangan terakhir. Di samping itu, teori evolusioner menyatakan bahwa manakala tahap terakhir telah dicapai, maka pada saat itu perubahan evolusioner pun berakhir. Mereka memandang perubahan bersifat konstan di mana perubahan sosial besar akan berakhir ketika mencapai tahap akhir. Hal ini tampak naïf yang menyeretnya pada kelemahan teori sosialnya.
Menurut Auguste Comte, ada tiga tahap perkembangan soial yang dilakukan masyarakat yaitu:[3]
1.      Tahap teologis yang diarahkan oleh nilai-nilai adikodrati (supernatural)
2.      Tahap metafisik, yaitu tahap peralihan  di mana kepercayaan pada unsure adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya
3.      Tahap ilmiah, di mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip pengetahuan.
2.      Teori siklus
Teori ini mengatakan bahwa masyarakat itu berputar melewati tahap-tahap yang berbeda-beda. Akan tetapi tahap-tahap ini lebih bersifat berulang (siklus) daari pada bergerak sebagaimana diasumsikan teoritikus evolusioner. Jadi menurut teori ini maju dan mundurnya masyarakat mengalami sirkulasi tanpa henti dengan tidak bergerak menuju perubahan yang lebih progresif. Jadi menurut teori ini proses peralihan masyarakat bukannya berakhir pada tahap terakhir yang sempurna, melainkan berputar kemabali ka tahap awal untuk peralihan selanjutnya. Teori ini cenderung menutup mata dari sejarah perkembangan manusia yang terus maju memburu efisiensi dan efektifitas.
Dalam pandangan Arnold Toynbee, peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan dan kematian. Sedangkan menurut Pitirim Sorokin, semua peradaban besar dunia berada dalam siklus tiga system kebudayaan yang terus berputar tanpa akhir:
1)      Kebudayaan ideasional, yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsure-unsur adikodrati (supernatural)
2)      Kebudayaan idealistis, di mana kepercayaan terhadap unsure adikodrati dan rasionalitas yang berdasarkan fakta tergabung dalam menciptakan masyarakat ideal.
3)      Kebudayaan sensasi, di mana sensasi menjadi tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.[4]
3.      Teori keseimbangan
Menurut teori ini masyarakat terdiri dari sejumlah bagian yang saling tergantung satu sama lain, di mana masing-masing bagian ini membantu keefektifan masyarakat. Sehingga jika terjadi perubahan-perubahan sosial yang mengganggu salah satu dari bagian-bagian tersebut yang menggoyahkan masyarakat, maka akan ada perubahan-perubahan sosial tambahan yang akan terjadi dalam bidang-bidang lain. Hal ini (perubahan bagian lain) akan mengharmoniskan kembali masyarakat dan membentuk keseimbangan.
4.      Teori konflik
Teori konflik memandang masyarakat sebagai  mass of groups yang selalu berselisih satu sama lain. Karena kelompok-kelompok ini bersaing untuk memperoleh barang-barang dan sumber daya yang ada. Sehingga terjadilah perubahan sosial dari kompetisi mereka dalam konflik abadi. Konflik ini muncul dari kelompok oposisi yang tidak puas dengan keadaannya dan selalu berusaha untuk merubah keadaannya, maka terjadilah disorganisasi dan ketidak stabilan masyarakat. Perubahan di sini menjadi akibat dari konflik yang terjadi di kalangan masyarakat.[5]
Teori yang dicetuskan Marx ini merupakan refleksi dari suatu perubahan besar dan sangat penting dalam sejarah yaitu revolusi industri Prancis. Teori ini satu sisi sangat peka terhadap faktor yang bersifat teknis menyangkut perubahan dalam teknik produksi. Di sisi lain mereka terlalu menekankan pada faktor perubahan teknik produksi sendiri. Dari teorinya, tampak jelas begitu besar pengaruh kekuatan materi dari proses produksi dalam diri Marx.

C.    Proses Perubahan Sosial
Ketika berbicara tentang mekanisme perubahan sosial, di sini sangat berhubungan dengan mobilitas sosial dan gerakan sosial. Sebuah gerakan sosial atau mobilitas sosial dilakukan demi mencapai perubahan. Biasanya hal ini diawali dengan ketidakpuasan dan kesadaran anggota masyarakat. Selanjutnya gerakan ini kadang kala terorganisir dan kadang tidak. Di dalamnya banyak factor yang mendukung jalannya juga banyak faktor penghambatnya yang menjadikannya bergerak pelan atau bahkan menuai kegagalan.
Selanjutnya berbicara tentang mekanisme perubahan sosial, William F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci menyangkut proses perubahan yang sebenarnya. Dia menuliskan beberapa hal terkait dengan proses perubahan sebagaimana berikut.
1.      Penemuan
Penemuan merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan di sini merupakan tambahan pengetahuan dunia yang telah diverifikasi.  Penemuan ini baru menjadi suatu faktor dalam perubahan sosial jika hasil penemuan tersebut didayagunakan. Dan ketika suatu pengetahuan baru dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi, biasanya disusul oleh perubahan besar.
2.      Invensi
Invesi seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada. Meskipun unsur-unsur yang sudah ada berperan dalam invensi baru, tetapi ide pengkombinasian alat-alat demi suatu kegunaan itulah yang menyebabkan timbulnya sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.
Invensi dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi: invensi material, (misalnya busur dan anak panah) dan invensi sosial, (misalnya pemerintahan konstitusional dan perusahaan). Pada kedua ragam invensi  tersebut unsur-unsur lama digunakan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk suatu penggunaan baru. Dengan demikian invensi merupakan proses yang berkesinambungan. Setiap invensi baru diawali oleh serangkaian invensi dan penemuan terdahulu. Invensi juga bukan semata-mata gejala yang berjalan sendiri, melainkan suatu proses sosial yang mencakup serangkaian modifikasi, pengembangan, dan kombinasi ulang yang tanpa akhir.[6]
3.      Difusi
Difusi merupakan penyebaran unsur-unsur budaya dari suatu kelompok ke kelompok lainnya. Hal ini berlangsung baik di dalam masyarakat maupun antarmasyarakat. Terjadinya difusi ketika beberapa masyarakat saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Masyarakat juga dapat selamat dari difusi dengan mengeluarkan larangan dilakukannya kontak dengan masyarakat lain. Hal ini banyak terjadi dalam masyarakat yang paling inventive.
Difusi merupakan proses dua arah dan proses selektif masyarakat. Sebuah kelompok menerima sekaligus menolak unsur-unsur kebudayaan dari kelompok lainnya. Unsur-unsur budaya sendiri meliputi prinsip, bentuk, fungsi dan makna. Difusi ini biasanya disertai dengan modifikasi tertentu terhadap unsur-unsur serapan.[7]
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Perubahan sosial merupakan perubahan dalam segi struktur sosial dan hubungan sosial. Sedangkan Farley mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu. Perubahan sosial merupakan fenomena sosial yang wajar. Berjalan terus menerus seiring dengan kebutuhan, tuntutan dan ketidak puasan masyarakat.
Ada beberapa teori perubahan sosial yang dapat digunakan dalam menganalisa masyarakat dan menemukan sebab dari perubahan sosial diantaranya; teori evolusioner, teori siklus, teori keseimbangan, teori konflik.
Menurut Auguste Comte, ada tiga tahap perkembangan soial yang dilakukan masyarakat yaitu:
1)      Tahap teologis yang diarahkan oleh nilai-nilai adikodrati (supernatural)
2)      Tahap metafisik, yaitu tahap peralihan  di mana kepercayaan pada unsur adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak.
3)      Tahap ilmiah, di mana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip pengetahuan.
Berbicara tentang mekanisme perubahan sosial, William F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci menyangkut proses perubahan yang sebenarnya. Dia menuliskan beberapa hal terkait dengan proses perubahan di antaranya; penemuan, invensi, divusi

B.     Saran
Sebaiknya seseorang mengerti lebih banyak tentang perubahan sosial dalam segala aspeknya. Sehingga dia tidak kaget lago terjun di masyarakat vahkan bisa jadi sebagai aktor dari perubahan. Mereka juga dituntut berpikir dinamis sebagaimana masyarakat yang dinamis dalam mengimbanginya.



DAFTAR PUSTAKA


Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Terj. Sahat Simanora. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Horton, Paul B. Dkk. 1984. Sosilogi Edisi Keenam. Terj. Aminuddin Ram. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Manheim, Karl. 1986. Sosiologi Sistematis. Terj. Alimandan. Jakarta: Bina Aksara.


[1]Paul B. Horton dkk, Sosiologi Edisi Keenam. Terj. Aminuddin Ram, (Jakarta; Penerbit Erlangga, 1984), 208.
[2]Bruce J. Cohen, Sosiologi Suatu Pengantar. Terj. Sahat Simanora, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), 453-454
[3]Paul B. Horton dkk, Sosiologi Edisi Keenam, 209
[4]Ibid., 210
[5]Karl Manheim,  Sosiologi Sistematis. Terj. Alimandan, (Jakarta: Bina Aksara, 1986),
154-158
[6]Paul B. Horton dkk, Sosiologi Edisi Keenam, 212-213
[7]Ibid., 213-216

1 komentar:

  1. bagaiman tentang teori perubahan sosial??

    mampir kesini om http://www.shokhibul-arifin.com

    BalasHapus