KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang mana berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, kami dapat merampungkan makalah ini. Walaupun banyak
hal yang harus ditempuh sebelumnya, namun hasil akhirnya begitu membanggakan
kami secara pribadi. Dengan berbagai keterbatasan baik pengetahuan dan
referensi, kami buat makalah ini dengan mengedepankan objektivitas.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW sebagai peletak peradaban Islam. Karena kegigihan
perjuangan beliau lah kita dapat menikmati kecerahan Islam dari sebelumnya
dunia yang penuh kegelapan amoral. Shalawat dan salam juga semoga tercurahkan
kepada sahabat dan kerabat beliau yang telah membantu perjuangan penyebaran
cahaya Islam di seantero jagat.
Terakhir kali, kami ucapkan banyak terimakasih kepada
Dosen pengajar dan teman-teman yang telah ikut berpatisipasi baik aktif maupun
pasif dalam merampungkan makalah ini. Mereka yang memberikan pengarahan dan
sumbangan pemikiran juga mereka yang memberikan bantuan baik material atau
moral.
Dalam makalah ini kami mencoba memaparkan sejarah
pendidikan ekonomi Rasulullah yang telah mengantarkan beliau pada kesuksesan di
tengah kemiskinan. Bagaimana beliau yang tanpa modal materi sanggup merubah
keadaan dalam sejarah. Beliau sebagai teladan umatnya dalam segala hal baik
kepemimpinan, keagamaan dan sosial ekonomi rasanya perlu dikaji ulang mengingat
umat Islam sendiri yang mulai banyak yang meninggalkan jalan yang beliau
tempuh. Banyak di antara umat Islam yang gampang putus asa sebagai kaum
pinggiran dan melupakan sosok suritauladan mereka yang gigih dan tidak pernah
menyerah dalam segala hal. Di sini kami menarik kembali pelajaran-pelajaran
praktis Nabi dengan mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam
kejelasan dan penyesuaian.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari lupa dan salah,
alam makalah ini tentunya banyak ditemukan berbagai kesalahan dan kelalaian.
Baik kesalahan atau klalaian dari segi teknis, nalisis atau historis yang
disajikan. Maka dari itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam
kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan. Dan harapan kami semoga makalah
ini membawa kemanfaatan bagi para pembaca. Amiin
Surabaya, 24
April 2012
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar Isi . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .3
PNDAHULUAN
- Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
- Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
- Tujuan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
PEMBAHASAN
- Kondisi
Sosial Ekonomi Kota Makkah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . 5
- Pendidikan
Ekonomi Rasulullah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . 6
- Rasulullah
Mencapai Kesuksesan Dagang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .8
PENUTUP
- Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
DAFTAR PUSTAKA . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . 13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasulullah
adalah sosok spektakuler yang sukses dalam segala bidang. Beliau bukan hanya
sebagai seorang Nabi atau pemimpin agama. Tetapi lebih dari itu, beliau juga
sebagai pemimpin masyarakat, panglima perang dan pengusaha yang sukses pada
waktu itu. Tidak salah lagi kalau Allah menyebutkan dalam firman-Nya bahwa Nabi
Muhammad adalah tauladan yang baik. Bukan hanya dalam keagamaan beliau patut
diteladani. Tetapi juga dalam urusan sosial kemasyarakatan, rumah tangga,
kepemimpinan, kewirausahaan dan dalam segala hal. Hal ini tidaklah berlebihan
jika melihat kredibilitas beliau yang dapat dilacak dalam sejarah.
Sudah
menjadi rahasia umum tentang latar belakang keturunan dan keadaan ekonomi
keluarga beliau. Meskipun para pendahulunya menduduki kelas ekonomi teratas
bangsa Arab, namun keluarga beliau tergolong kelas bawah (miskin). Bahkan
beliau menjadi yatim piatu pada usia dini tanpa ada peninggalan harta yang cukup
dan hanya bisa numpang pada keluarga-keluarga lain mulai dari kakek dan
pamannya.
Sebagaimana
di atas, kemiskinan sudah melekat pada diri Rasulullah sejak kecil. Namun, hal
ini tidak lantas membuat beliau patah semangat dan termarginalkan di tengah-tengah
masyarakat Mekah yang keras. Beliau justru memiliki kemauan keras untuk berubah
dan belajar mandiri sejak kecil. Bagaimanakah beliau menjadi orang yang sukses
dalam segala bidang di tengah-tengah keterpurukan ekonomi?. Hal ini memberikan
ketertarikan tersendiri bagi kami untuk menelusuri sejarah beliau khususnya
terkait dengan perekonomian dan cara-cara atau sistem ekonomi yang beliau
terapkan.
B. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, kami akan mencoba memaparkan sedikit banyak tentang sejarah
Rasulullah dalam menjawab soal-soal sebagai berikut:
1. Bagaimana
kondisi sosial ekonomi kota Makkah sebelum Rasulullah lahir?.
2. Bagaimana
pendidikan ekonomi Rasulullah?.
3. Bagaimana
Rasulullah mencapai kesuksesan dalam berdagang?
C. Tujuan
Setelah
membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengambil pelajaran dari sejarah
Rasulullah khususnya terkait dengan:
1. Kondisi
sosial ekonomi kota Makkah sebelum Rasulullah lahir.
2. Pendidikan
ekonomi Rasulullah.
3. Rasulullah
mencapai kesuksesan dalam berdagang.
PEMBAHASAN
- Kondisi
Sosial Ekonomi Kota Makkah
Kondisi sosial masyarakat Makkah dan Bangsa Arab
pada umumnya sangat amburadul. Peperangan dan sukuisme menjadi trand masyarakat
kala itu. Tidak ada undang-undang tertulis atau norma yang berlaku di antara
suku-suku selain pembalasan dendam sebagai perlindungan. Nyawa harus dibalas
dengan nyawa dan peperangan tidak bisa terelakkan.[1]
Mereka yang kuat akan berkuasa, sedangkan mereka yang lemah termarginalkan dari
kancah sosial. Perdagangan manusia atau perbudakan menjadi hal yang biasa khususnya
bagi mereka para tawanan perang.
Pada waktu itu, perempuan tidak mendapat tempat dalam kancah sosial
kemasyarakatan. Mereka juga dianggap sebagai sebuah kekayaan keseluruhan suku
dan tidak memiliki hak untuk melepaskan diri dari kelompok. Bahkan bayi-bayi
perempuan yang mencerminkan kelemahan (menurut mereka) akan dikubur hidup-hidup
sebagai aib keluarga. Dalam peribahasa mereka dikatakan “Membunuh anak
perempuan adalah suatu kebaikan,” dan “menguburnya adalah suatu tindakan
mulia”. Mereka sangat takut akan kemiskinan dan membiarkan perempuan hidup
berarti akan membiayai ekonomi mereka setelahnya sehingga harus dibinuh.[2]Dapat
dibayangkan nasib perempuan dan golongan lemah seandainya hal tersebut terus
berlangsung sampai sekarang. Mereka akan punah dan yang lemah akan mati tragis
perlahan-lahan. Sedangkan mereka para predator hanya tertawa di atas
kekuasaanya.
Secara geografis, Makkah terletak di garis lalu
lintas perdagangan antara Yaman dan Syam dekat Lautan Tengah. Makkah menjadi
pusat perdagangan dimana para pedagang dari berbagai penjuru bertemu dan
berinteraksi di sana. Para pedagang dari kawasan Laut Tengah, Teluk Persia,
Laut Merah dan Jeddah bahkan dari Afrika bertemu di sana. Di sanalah pusat uang
dan barang dagangan pada waktu itu. Pertukaran barang dagangan bahkan
perdagangan uang terjadi di sana. Prinsip-prinsip komersialisme berkembang di
sana mengikis pandangan kesukuan yang berlaku di Arab. Pengembangan kepemilikan
dan usaha pribadi menjadi kebudayaan baru dengan usaha memperbanyak keuntungan
walau dengan kecurangan.[3]
Hal ini berbeda dengan suku Badui yang tinggal di pedalaman dan hidup
berpindah-pindah. Mereka terbebas dari pengaruh kota dan masih dapat menghirup
angin segar gurun.
Tidak jauh beda sebagaiman di atas, kondisi
ekonomi masyarakat Makkah. Mereka yang kaya memeras yang lemah dan melakukan
monopoli. Mereka menganut sistem kapitalis (istilah sekarang). Dalam praktik
ekonomi, riba menjadi hal yang biasa. Mereka menjadi rentenir yang lemah dan
menggandakan nilai atau nominal uang dalam pinjaman. Para rentenir meminjamkan
uangnya dengan tingkat bunga yang tinggi, dan ketika si peminjam tidak mampu
mengembalikan pada hari yang ditentukan, maka uang tersebut akan dilipat
gandakan dan begitu seterusnya. Jika tidak membayar uang pinjaman dan bunganya,
pemberi pinjaman terkadang mengambil hak atas istri dan anaknya.[4]
Akibatnya golongan lemah semakin tertindas dan tidak dapat berkembanga,
sementara mereka tertawa ria di atas kemiskinan yang lain dan memerasnya.
Begitulah kondisi sosial ekonomi kota Makkah sebelum Islam datang.
- Pendidikan
Ekonomi Rasulullah
Dalam sejarah kepengasuhan Rasulullah, pada waktu
kecil beliau disusui Halimah salah seorang dari keluarga Baduwi yang hidup di
desa. Masa keci beliau dihabiskan di padang pasir bersama keluarga ibu susunya.
Beliau terhindar dari infeksi kota Makkah dan mengawali hidup bersih, sehat dan
bebas di desa. Keramaian kota dan carut marutnya tidak dapat mengusiknya.
Beliau ikut keluarga ibu susunya yang nomaden dan penggembala. Lingkungan
membentuk kepribadian dan fisik kuat
beliau dan memberi pengetahuan tentang penggembalaan dan lainnya.
Setelah beberapa tahun diasuh Halimah, beliau
dikembalikan kepada keluarganya di Makkah. Beliau tidak lama bersama ibunya,
karena tidak lama Aminah (ibu Nabi) sakit keras dan wafat. Selanjutnya beliau
diasuh kakeknya Abdul Muthalib dan berpindah pada pamannya Abu Thalib ketika
berumur delapan tahun menjelang kakeknya wafat. Meskipun Abu Thalib miskin,
namun beliau sangat sayang pada Nabi sebagai keponakannya yang yatim piatu.
Begitulah masa kecil Nabi yang penuh dengan duka ditinggalkan orang-orang
terdekat yang beliau sayangi. Pengalaman melatih beliau mandiri dan membentuk
karakter yang kuat. Beliau yang sabar dan terbiasa dengan masalah hidup terus
maju tanpa kenal putus asa dalam merubah nasibnya.
Pada waktu Nabi diasuh pamannya Abu Thalib,
beliau sudah menginjak dewasa di dunia dagang Makkah. Maka beliau harus tahu tentang perawatan dan penangkaran unta
sebagai hewan kebanggaan orang padanga pasir, alat transportasi istimewa.
Sebagian besar pengetahuan tentang unta sudah beliau kuasai secara instingtif,
berawal dari berbagai pengalaman beliau sejak bersama suku Badui. Hal-hal yang
terkait dengan unta mulai dari makanan yang cocok, cara menaikkan beban dengan
baik, memintal tali dan semua yang terkait dengan perdagangan yang membutuhkan
unta memang harus dikuasai dalam menentukan langkah selanjutnya di perdagangan.
Itulah langkah awal Nabi sebelum benar-benar terjun dalam perdagangan.
Pengetahuan tentang unta menjadi hal yang paling dasar baik dalam peperangan,
perdagangan dan lainnya sebagai satu-satunya transportasi padang pasir yang
dapat diandalkan.
Setelah pengetahuan tentang management unta,
tidak kalah pntingnya mengetahui padang pasir. Hal ini terkait dengan rute
dagang, jalur yang aman dari perampok dan yang tidak aman, tempat rumput dan
oase yang tidak dalam kekuasaan suku lain, cuaca dan lainnya yang sangat terkait
dengan perdagangan. Pengetahuan tentang padang pasir merupakan peta dalam
menjalankan perjalanan dagang yang aman. Kalau sekarang dapat dibahasakan
dengan mengetahui sasaran lokasi dagang, lingkungan dan peta daerah tersebut
juga terkait dengan kebiasaan penduduk dalam kerja dan waktu istirahatnya.
Selain itu juga terkait dengan akses pedagang lain ke daerah tersebut, berapa
jumlah pesaing dan bagaimana sistem mereka. Cuaca memberi tahu kebutuhan
musiman dan persiapan pedagang sendiri dalam menanggulanginya.
Pendidikan dagang Nabi lebih bersifat praktis,
beliau terjun langsung di lapangan menyertai pamannya Abu Thalib. Dalam
beberapa sumber disebutkan bahwa pertama kali beliau menyertai Abu Thalib dalam
kafilah dagang dari Makkah ke Syria pada usia sembilan tahun. Dan dalam sumber
lain disebutkan beliau sudah berumur dua belas tahun kala itu. Kalau dilihat
dari sejarahnya, beliau lebih lama menjadi pedagang dari pada menjadi pemimpin
dan penyebar Islam yang berawal pada usia empat puluh tahun. Sementara beliau
menjadi pedagang sekitar duapuluh delapan tahun.[5]
Dari sini dapat diketahui begitu lama beliau menjadi pedagang dan sukses dalam
segala hal. Begitu lama beliau berproses tanpa kenal putus asa dalam mencapai
kesempurnaan.
Ketika menyertai pamannya, Nabi Muhammad banyak
melihat dan mendengarkan berbagai putaran konsultasi dan diskusi di mana pamannya
ambil bagian. Beliau mulai mengenal rute, komunikasi dengan konsumen, bagaimana
memperlakukan unta juga bersikap dan berbagai hal terkait perdagangan yang
diperankan pamannya dan kafilah dagangnya. Beliau yang terjun langsung dan
sesekali membantu Abu Thalib lebih mudah memahami seluk beluk dagang daripada
berkutat dengan teori-teori tanpa ada praktik di lapangan. Bagaimana pamannya
menjalin kerjasama dengan rekan-rekannya, bagaimana dia menawarkan barang dan
memilih barang dagangan dan seterusnya. Tidak ada yang lebih efisien dalam
pendidikan ini kecuali terjun langsung dan terlibat di dalamnya. Di sini
seseorang akan lebih mudah memahami dan konsultasi langsung.
Dalam perjalanan menyertai Abu Thalib, secara
tidak langsung sebenarnya Nabi telah mengikat relasi dagang dengan mereka yang
melakukan transaksi dengan kafilah tersebut. Nabi mulai kenal dan diperkenalkan
dengan mereka untuk langkah selanjutnya. Beliau telah memiliki modal jaringan
dagang dan pengalaman. Selain itu, beliau juga kenal dengan berbagai macam
barang dagangan dan warna-warninya. Bahan-bahan dan asal barang tersebut juga
dimana saja pasarannya. Hal ini sangat berguna dalam membentuk jiwa slektifitas
barang dagangan, memilah milih atau menidentifikasi yang baik di antara yang
tidak asli. Beliau juga mengenal harga, baik harga pasaran dan harga kulak
(grosir). Bagaimana melakukan tawar menawar dan menjual barang dengan harga
yang tidak mengecewakan. Bagaiman mendapatkan barang dengan harga yang
diharapkan. Dan banyak hal lain yang dapat beliau petik dalam perjalanan
bersama pamannya. Beginilah apa yang beliau jalani sebelum benar-benar terjun
dalam perdagangan dengan memegang tanggungjawab penuh.
- Rasulullah
Mencapai Kesuksesan Dagang
Kemampuan dagang Nabi Muhammad mulai diakui
dengan pemberian kepercayaan pedagang kaya Siti Khadijah kepada beliau sebagai
pemimpin kafilah dagangnya yang bertolak ke Syiria. Di sini beliau yang baru
berumur 25 tahun ditemani Maisaroh pembantu Siti Khadijah. Beliau melewati rute
yang pernah dilalui sebelumnya ketika ikut pamannya Abu Thalib. Semuanya tidak
asing lagi seakan beliau orang yang sangat berpengalaman pada tugas pertamanya.
Beliau melakukan perdagangan dengan bijaksana dan
penuh rasa tanggung jawab. Tidak seperti orang-orang Makkah pada umumnya yang
penuh kecurangan dalam memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Sehingga
setelaah pulang beliau membawa keuntungan yang lebih besar dari biasanya dan
barang-barang yang dibutuhkan untuk diperdagangkan kembali di Makkah. Ada
banyak hal yang membuat beliau sukses dalam berdagang, di antaranya adalah;
- Menguasai
lokasi atau seluk beluk pasar
Pengetahuan akan rute dan tempat-tempat yang
cocok dengan barang dagangannya merupakan langkah awal dalam memulai bisnis
atau wirausaha. Di sini seseorang bisa membaca kecenderungan masyarakat
setempat dan jumlah pesaing dari apa yang direncanakan. Sehingga usahanya lebih
progresif dan mudah berkembang. Nabi sebelum menjadi penanggung jawab kafilah
dagang Khadijah, sudah mengetahui rute dagang dan lokasi-lokasi pasaran yang
menjanjikan ketika menyertai pamannya. Mereka yang tidak menguasai lokasi dan
seluk beluk pasar akan mudah tertipu dab tidak lama lagi gulung tikar.
- Selektif
dalam komoditas atau kebutuhan konsumen
Mereka yang terjun dalam bisnis atau wirausaha
harus selektif dalam memilih komoditas yang akan diperdagangkan. Barang apa
yang cocok dan diminati masyarakat yang menjadi target pasarannya. Selain itu,
hal ini juga terkait dengan jenis dan macam komoditas. Di pasaran, banyak
ditemukan barang yang sama dengan kualitas berbeda yang sering merusak pasaran
bagi mereka yang tidak mengerti. Seorang pedagang harus tahu itu dan dapat
membuktikan dalam memperoleh kepercayaan konsumen. Hal ini sangat dibutuhkan
agar tidak menimbulkan kekecewaan. Nabi ketika kembali ke Makkah setelah
memimpin kafilah dagang Khadijah benar-benar membawa barang yang dibutuhkan dan
sekiranya laku dijual di Makkah dengan menyeleksinya terlebih dahulu. Hal ini
bisa dilihat dalam perdagangan dupa sebagai komoditas dagang bangsa Arab waktu
itu.[6]
- Leadership
Leadership atau kepemimpinan menjadi hal yang
tidak bisa dipisahkan bagi seorang wirausahawan dalam bekerjasama dengan
bawahannya. Mereka harus lebih tegas dalam segala keputusannya. Sehingga
wirausahanya dapat berjalan sesuai yang diharapkan dan disegani baik dalam
kelompok dan masyarakat. Nabi memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Beliau
yang sebelumnya seorang penggembala sudah terlatih tersendiri. Seorang
penggembala mengarahkan gembalaannya dan menjaganya agar tidak diterkam binatang
buas juga tidak memasuki kawasan orang lain.
- Komitmen
Seorang wirausahawan yang sukses harus memiliki
komitment, dia jujur dan tidak menutup-nutupi. Sehingga konsumen tidak merasa
dirugikan dan mau melakukan bisnis dengannya. Mereka yang tidak berkomitmen akan
dijauhi dan hanya memperoleh untung satu kali. Nabi yang mendapat julukan
Al-Amin sudah tidak diragukan lagi. Semua orang senang berbisnis dengan beliau,
tanpa takut dirugikan. Tidak seperti bangsa Arab jahiliyah yang suka
mempraktikkan riba dan memonopoli dagang. Mereka hanya mengeruk keuntungan
sendiri dengan mengeksploitasi kaum lemah. Akibatnya mereka tidak disenangi.
- Service
yang baik pada customer
Pepatah mengatakan “Pembeli adalah raja”. Seorang
penjual yang ingin usahanya berkembang harus memberikan pelayanan yang baik
bagi cutomernya seakan-akan mereka adalah raja. Di sini mereka akan tertarik
dan senang bertransaksi dengannya. Bahkan secara tidak langsung, mereka akan
mengiklankannya atau mengajak rekan-rekan lainnya untuk melakukan transaksi. Sehingga
jarinagn dagang semakin luas dengan sendirinya di samping usaha-usaha lain. Di
sinilah keuntungan memberikan pelayanan yang baik dalam mempertahankan dan
memperbanyak konsumen. Mereka yang diacuhkan akan menghindar bahkan tidak
kembali lagi. Hal ini dipraktikkan Nabi dalam menjalankan dagangnya. Beliau
selalu bersikap sopan dan perhatian terhadap semua yang datang.
- Keterampilan
komunikasi
Komunikasi yang baik menjadi senjata tersendiri
dalam dunia bisnis. Mereka yang pandai mengkomunikasikan barang dagangannya
atau lainnya dengan kata-kata persuasif dan tetap berpijak pada komitmennya
dapat menarik pembeli. Inilah senjata para pedagang atau pebisnis selain iklan
dan lainnya. Namun di sini tetap harus memperhatikan kaidah-kaidah komunikasi
atau etika dagang. Mereka tidak boleh mengada-ngada, kecuali akan menyesal pada
waktu yang tidak terduga.
- Bekerja
keras
Tidak dapat disangkal dalam mencapai kesuksesan
baik dalam usaha dan lainnya seseorang
dituntut bekerja keras dan tidak mudah putus asa. Kegagalan adalah
pelajaran untuk langkah selanjutnya, dan semua orang mempunyai jatah untuk
gagal. Nabi meskipun dari keluarga yang miskin dengan kerja kerasnya dan
semangatnya akhirnya menjadi orang yang sukses. Modal beliau adalah kepercayaan
yang dipegang dengan tidak menyalah gunakannya. Sebelum kerja keras, seorang
pebisnis atau wirausahawan harus memiliki target yang tinggi untuk
memotofasinya dan sebagai parameter pencapaian. Sehingga mereka terus berpacu
tanpa lelah dalam mengejar target dan terus meningkatkan kerja kerasnya.
- Bersih
atau berpenampilan menarik
Dalam menarik minat konsumen, penampilan juga
sangat berpengaruh. Mereka yang berpenampilan menarik, bersih akan disenangi
konsumen. Konsumen tidak merasa bosan saat berinteraksi dan merasa nyaman. Kalau
penampilannya saja sudah kotor, mereka tidak akan memberi kesan dan
membosankan. Sebelum lenih jauh melakukan interaksi, seseorang akan melihat
penampilan terlebih dahulu. Nabi selalu menjaga kebersihan, selalu tampil rapi
dan memakai wewangian. Bahkan hal itu disunahkan dalam Islam setelah kenabian.
- Disiplin
dan pandai membagi waktu
Seorang wirausahawan atau pebisnis juga harus
disiplin dan pandai membagi waktu dalam mencapai kesuksesan. Jika tidak, tugas
mereka akan menumpuk dan bisa kalah saing dengan yang lain. Mereka yang tidak
disiplin bisa mengecawakan konsumen, bahkan kehilangannya. Kedisiplinan di sini
sangat menentukan dalam dunia usaha. Hal ini dapat terasa ketika ada perubahan
cuaca mendadak dan menghindarnya konsumen. Nabi yang hidup di padang pasir
sangat memperhatikan itu. Angin gurun dan sindikat penyamun bisa saja datang
tiap waktu, sehingga beliau benar-benar mengatur waktu dalam kelancaran
dagangnya.
- Kerjasama
Kerjasama sangat dibutuhkan dalam usaha kolektif
atau sebuah instansi. Hal ini sangat terkait dengan pengusaha besar-besaran
khususnya. Tidak ada hal yang lebih baik dari hasil kerjasama dengan rekan
kerja, baik itu atasan atau bawahan. Dengan kerjasama, masalah yang besar bisa
menjadi ringan. Hal ini diterapkan Nabi, apa lagi mengingat perjalanan jauh
beliau dari Makkah ke Syria dengan transportasi yang tidak kayak sekarang.
Selain bekerjasama dengan para rekan, beliau juga bekerjasama dengan
kafilah-kafilah lain. Khususnya terkait keselamatan dalam perjalanan di tengah
padang pasir yang sarat dengan penyamun atau perampok gurun.
Berbagai hal di atas banyak beliau peroleh dari
pengalaman hidup beliau dari kecil, semenjak beliau bersama ibu susunya Halimah
di antara para Baduwi. Suku Badui yang tinggal di pedalaman dan terbebas dari
pengaruh kota Makkah. Mereka hidup
berpindah pindah sebagai penggembala. Di sini Muhammad mendapat banyak
pengalaman baik terkait kebudayaan asli arab, padang pasir dan unta. Persatuan
dan kerjasama yang terjalin di antara anggota suku, musyawarah suku, kekeluaragaan
dan status wanita Baduwi memberi pengalaman tersendiri bagi beliau.[7]
Setelah diasuh Halimah, Muhammad dikembalikan ke
keluarganya. Kemudian beliau diasuh ibunya Aminah, kakeknya Abdul Muthalib dan
terakhir pamannya Abu Thalib setelah ibu dan kakeknya wafat. Ketika diasuh Abu
Thalib, beliau menyertai pamannya Abu Thalib dalam kafilah dagang dari Makkah
ke Syria. Di sana beliau dapat mengambil banyak pelajaran terkait dengan seluk
beluk dagang, lokasi transportasi dan relasi dengan terjun langsung di
dalamnya. Setelah menjadi Nabi, beliau yang ma’shum menggabungkan pengalaman
yang diperoleh dengan nilai-nilai Islam dan keluarlah hadits-hadits terkait
dengan dagang (bisnis) sebagai teori atau acuan umatnya setelah alquran.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa Arab pada umumnya sebelum kedatangan Islam sangat
amburadul. Peperangan dan sukuisme menjadi trand masyarakat kala itu. Tidak ada
undang-undang tertulis atau norma yang berlaku di antara suku-suku selain
pembalasan dendam sebagai perlindungan. Nyawa harus dibalas dengan nyawa dan
peperangan tidak bisa terelakkan. Mereka yang kuat akan berkuasa, sedangkan
mereka yang lemah termarginalkan dari kancah sosial. Perdagangan manusia atau
perbudakan menjadi hal yang biasa khususnya bagi mereka para tawanan perang.
Dalam perekonomian, masyarakat Makkah menganut
sistem kapitalis (istilah sekarang). Dalam praktik ekonomi, riba menjadi hal
yang biasa. Mereka menjadi rentenir yang lemah dan menggandakan nilai atau
nominal uang dalam pinjaman. Para rentenir meminjamkan uangnya dengan tingkat
bunga yang tinggi, dan ketika si peminjam tidak mampu mengembalikan pada hari
yang ditentukan, maka uang tersebut akan dilipat gandakan dan begitu
seterusnya. Jika tidak membayar uang pinjaman dan bunganya, pemberi pinjaman
terkadang mengambil hak atas istri dan anaknya.
Pendidikan dagang Nabi lebih bersifat praktis,
beliau terjun langsung di lapangan menyertai pamannya Abu Thalib. Dalam
beberapa sumber disebutkan bahwa pertama kali beliau menyertai Abu Thalib dalam
kafilah dagang dari Makkah ke Syria pada usia sembilan tahun. Dan dalam sumber
lain disebutkan beliau sudah berumur dua belas tahun kala itu. Kalau dilihat
dari sejarahnya, beliau lebih lama menjadi pedagang dari pada menjadi pemimpin
dan penyebar Islam yang berawal pada usia empat puluh tahun. Sementara beliau
menjadi pedagang sekitar duapuluh delapan tahun. Dari sini dapat diketahui
begitu lama beliau menjadi pedagang dan sukses dalam segala hal.
Ketika menyertai pamannya, Nabi Muhammad banyak
melihat dan mendengarkan berbagai putaran konsultasi dan diskusi di mana
pamannya ambil bagian. Beliau mulai mengenal rute, komunikasi dengan konsumen,
bagaimana memperlakukan unta juga bersikap dan berbagai hal terkait perdagangan
yang diperankan pamannya dan kafilah dagangnya. Beliau yang terjun langsung dan
sesekali membantu Abu Thalib lebih mudah memahami seluk beluk dagang daripada
berkutat dengan teori-teori tanpa ada praktik di lapangan.
Kemampuan dagang Nabi Muhammad mulai diakui
dengan pemberian kepercayaan pedagang kaya Siti Khadijah kepada beliau sebagai
pemimpin kafilah dagangnya yang bertolak ke Syiria. Beliau melakukan
perdagangan dengan bijaksana dan penuh rasa tanggung jawab. Tidak seperti
orang-orang Makkah pada umumnya yang penuh kecurangan dalam memperoleh keuntungan
yang sebesar-besarnya. Sehingga setelaah pulang beliau membawa keuntungan yang
lebih besar dari biasanya dan barang-barang yang dibutuhkan untuk
diperdagangkan kembali di Makkah. Di antara hal yang membuat beliau sukses
dalam berdagang adalah; Menguasai seluk beluk pasar, komitmen, slektifitas
memilih komoditas, kerja keras, keterampilan komunikasi, service yang baik,
leadership dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
- M.
Djaelani, Bisri. 2004. Sejarah Nabi
Muhammad SAW. Buana Pustaka; Yogyakarta.
- Munir.
2005. Sirah Nabi Muhammad SAW
(terjemahan The Life Muhammad
karya Prof Abdul Hamid Siddiqi). Penerbit Marja; Bandung.
- Asnawi.
2007. Biografi Muhammad (terjemahan
The Prophet Muhammad karya
Barnaby Rogerson). Diglossia Media Group; Jogjakarta.
- Haeshem,
Fuad. 1992. Sirah Muhammad
Rasulullah Kurun Makkah Suatu Penafsiran Baru. Mizan; Bandung.
- Nurhakim,
Muhammad. 2004. Sejarah dan
Peradaban Islam. UMM Press; Malang.
Thanks ya sob udah share , blog ini sangat bermanfaat sekali .............
BalasHapusbisnistiket.co.id
Sama-sama,,,,semoga demikian
BalasHapusAmiiinnnn