Rabu, 10 Juli 2013

Pembaruan dalam Islam



Oleh : Imroatus Shalihah Putri P

 BAB I
                                                         PENDAHULUAN
                                                                    
A.       Latar Belakang
Kebanyakan didalam islam biasa sering terjadi penyimpangan atau kesalahfahaman pemikiran, hingga kemudian muncullah atau lahirlah berbagai pemikiran oleh tokoh-tokoh pemuka islam yang mengeluarkan pemikirannya untuk menyikapi berbagai penyimpangan tersebut. Dalam islam juga terdapat banyak aliran, yang akhirnya mengakibatkan kondisi islam mengalami banyak perubahan, pemikiran islam juga mengalami bebrapa pembaruan, yang mana pembaruan itu terjadi mulai dari abad pra modern hingga pada masa modern. Dan pada masa modern itulah timbul pemikiran pembaruan dalam islam dengan lahirnya beberapa tokoh pembaru dalam islam untuk menuju islam yang modern. Diantara tokoh-tokoh pembaru itu adalah Inu Taimiyah, Ahmad Sirhindi dan Abdul Wahab. Untuk lebih jelasnya tentang pemikiran pembaruan mereka akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya dengan beberapa rumusan masalah sebagi berkut.  
         
B.        Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah pembaruan  pemikiran pra modern IbnuTtaimiyah, Sirhindi dan Wahabi?
2.      Bagaimanakah orientasi ideologi islam modern?
3.      Bagaimanakah Tipologi perkembangan islam modern?

C.       Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah yang tertulis diatas bertujuan untuk menjelaskan pemikiran pembaruan adalam islam oleh bebrapa tokoh yaitu, Ibnu Taimiyah Ahmad Sirhindi dan Abdul Wahab.





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Perkembangan Pra Modern
1.      Ibnun Ttaimiyah
Nama lengkap dari Ibnu taimiyah adalah Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, beliau lahir di Harran, Turki pada 22 Januari 1263, dan meninggal pada 27 September 1328. Ia berasal dari keluarga cendekiawan. Ayahnya bernama Shihabuddin Abdul Halim seorang ahli hadits dan ulama terkenal di Damascus; demikian juga kakeknya, Syekh Majuddin Abdul Salam, adalah ulama terkemuka. Mereka semua adalah pemuka dalam mazhab Hambali. Ibnu Taimiyah belajar Al-Qur’an dan hadits dari ayahnya, kemudian sekolah di Damascus. Pada usia 10 tahun ia telah mempelajari kitab-kitab hadits utama, hafal Al-Qur’an, belajar ilmu hitung dan sebagainya. Kemudian ia tertarik mendalami ilmu kalam dan filsafat yang menjadi keahliannya. Karena beliau mempunyai kemampuan yang lebih di bidang kalam, filsafat, hadits, Al-Qur’an, tafsir dan fikih,sehingga pada usia 30 tahun ia sudah menjadi ulama besar pada zamannya. Ibnu Taimiyah kuat memegang ajaran kaum salaf. Ia juga seorang penulis yang tekun dan produktif. Karyanya berjumlah 500 jilid.[1]
Pada masa pra modrrn ini cara berpikir Ibnu Taimiyah cenderung bersifat empiris sekaligus rasionalis. Empiris dalam arti bahwa ia mengakui kebenaran itu hanya ada dalam kenyataan, bukan dalam pemikiran (al-haqîqah fi al-a’yân la fi al-adhhân), dan rasionalis dalam arti ia tidak mempertentangkan antara akal dengan naql (Al-Qur’an dan hadits) yang sahih. Ia menolak logika sebagai metode berpikir deduktif yang tidak dapat digunakan untuk mengkaji materi keislaman secara hakiki. Objek Materi keislaman empiris hanya dapat diketahui melalui eksperimen dan pengamatan langsun.[2]
2.      Shaykh Ahmad Sirhindi
Nama lengkap dari Sirhindi adalah Syekh Ahmad al Faruqi al Hanafi al Sirhindi. Beliau dilahirkan di Sirhindi India pada tanggal 14 Syawal 971 H (971H/1563M - 1034H/1624M ). Shaykh Ahmad Sirhindi adalah seorang ulama terkemuka yang merupakan pemikir sufisme dan juga tokoh besar tarekat Naqsyabandiyah yang sangat berpengaruh. Sirhindi adalah seorang teroritikus terkemuka yang dikenal dengan julukan mujaddid Alf Sani (pembaru millennium kedua). Dalam berfilsafat ajaran yang diterapkan oleh Sirhindi adalah beberapa pemikirannya yang mana Sirhindi memberitahukan pemurnian sufisme di India dengan menolak konsep wihdatul wujud yang telah dikemukakan oleh Ibnu Arabi yang pembaharuan sufinya terletak pada upaya integrasi gagasan sufistik dengan ortodoksi suni dan penggabungan kerangka monistik teosofi mistik dengan desakan  oral syariat dalam pemikirannya ini sirhindi juga menguatkan ajaran Ibnu Taimiyah bahwa dia mengajarkan hakikat sufi yang umumnya bertentangan dengan sariat itu sendiri.
 Dari itu ajaran tasawufnya dapat digolonkan  sebagi neosufisme  yang cenderung menimbulkan aktivisme ortodox dan menanamkan kembali sikap yang positif terhadap dunia. Dalam pemikiran ini telah jelas bahawa Sirhindi lebih menekankan kehidupan dunia daripada meenungkan kehidupan akhirat.
Menurutnya orang Islam harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan wahyu Ilahi dimuka bumi. Pemikiran pembaruan  sufinya tidak menolak tasawuf tapi memberikan arah dan kehidupan yang baru. Untuk inti. Sirhindi mengangakat konsep Wahda as-Syuhud di atas konsep Wahda al-Wujud nya Ibnu Arabi yang telah mendominasi pemikiran para sufi selama beberapa abad.menurutnya, kaum mukmin harus menyadari bahwa segala sesuatu itu dari Allah dan bukan  segala sesuatu itu adalah Allah. Konsep ini memang menekankan ketuhanan yang transenden. [3]
3.      Muhammad bin Abdul wahab
Nama lengkap dari Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rashid al-Tamimi. Ia lahir di Uyaynah pada 1730 M/l115 H. Ayah dan kakeknya adalah ulama terkenal di Najd. Dari ayahnya ia memperoleh pendidikan di bidang keagamaan dan mengembangkan minatnya di bidang tafsir, hadits, dan hukum madzhab Hanbaliyah. Untuk meningkatkan pengetahuannya ia banyak melakukan perjalanan mencari ilmu. Ia juga membaca karya-karya Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, sehingga ia benar-benar menjadi seorang ulama, ahli hukum dan pembaharu ternama.
Dalam masa pra modern Abdul Wahab menekankan ajaran tauhid dan mengecam praktek tawasul, ziarah kubur, dan bid’ah. Proses pembaruanya dimulai dengan banyak menyampaikan ceramah dan khutbah dengan berani dan antusiasme. Oleh karena itu, ia cepat memperoleh banyak pendukung. Pada permulaan ini pula ia melahirkan karya terkenal berjudul Kitâb al-Tauhîd. Setelah kematian ayahnya pada 1740, Muhammad Ibn Abdul Wahhab semakin populer dan gerakannya mendapat dukungan dari pemerintah Kerajaan Ibn Saud. [4]
 dalam pemikiran teologis muhammad ibn Abdul wahhab berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan kerusakan tauhid  dan kepercayanya kepada ALLAH swt. menurut Muhammad Abdul wahab,lafadz Illa liya'budun dalam ayat 56  Al-Dzariyat
 pembagian tauhid  itu menjadi tiga menurut Muhammad  bin Abdul wahab yaitu :tauhid uluhiyah,tauhid rubbiyah, tuhid Hududiyah. dari ketiga macam tauhid ini merupakan satu kesatuan antara tauhid lainya tidak boleh dipilih salah satu saja karena itu wajib menyatuh di dalam iman  seseorang muslim sebagai pengikut ahli sunnah wal jama'ah.      
B.  Orientasi Ideologi Islam Modern
Dari bebrapa pembaruan pemikiran di masa pra modern tersebut memunculkan beberapa pemikiran baru lainnya dalam memasuki masa modern seperti yang pertama adalah  Ibnu Taimiyah, bahwasnya dalam mencapai pembaruannya ada beberapa upaya yang dilakukannya yaitu sebagai pertama, yaitu memurnikan ajaran tauhid, bahwa-snya Ibnu Taimiyah menentang segala bentuk bid’ah, takhayyul dan khufarat. Menurut pemikiran Ibnu Taimiyah, tauhid yang paling benar adalah salaf, yaitu aqidah yang bersumber dari Al-Quran dan al-Hadits bukan yang berasal dari rasional dan filosofis. Ibnu Taimiyah  juga menentang taqlid karena untuk kembali kepada al quran  dan hadits sedangkan  ijtihad terbuka sepanjang masa karena keadaan manusia yang selalu berubah. Adapun dalam bidang hukum upaya pembaruan lainnya yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah adalah dengan menawarkan metode baru yang mana tidak mendasarkan keputusan hukum pada ‘illat, akan tetapi berdasarkan hikmah.
Pembaruan selanjutnya adalah yang terjadi pada masa Sirhindi,  beliau mendapat julukan sebagai  Mujaddid Alf Sani dan dianggap sebagai bapak pembaruan di anak benua India, perintis reformasi yang berani bersikap oposan terhadap pemerintah dan penyelamat kaum muslim dari bid'ah.yang menjadi titik tekan ajaran Sirhindi pada kepatuhan hukum syariat dan sunah sebagai sarana untuk mencapai realitas spiritual telah abnayak diterima oleh golongan tarekat Naqsabandiyah yang kemudian ajaran itu dikembangkan pengikutnya dikawasan Asia Tengah,Turki dan Arab yang hinggga kini tetap menjadi sumber inspirasi.
Golongan pembaharuan lainnya yaitu dari golongan Abdul Wahab yang terkenal dengan orang yang menentang kersa atas kemunduran dan kemerosotan umat islam di abad modern atas gerakannya ini orang-orang menyebutnya dengan gerakan wahabi. Gerakan wahabi ini menyerukan pada kaum muslimin di seluruh dunia agar kembali pada ajaran Islam yang asli dan suci atas dasar yang diperintahkan Allah dan Rasulnya. Gerakan ini cukup fanatik dengan terhadap doktrin agama, teguh dan kuat dalam mempertahankan pendirian, tidak mudah goyak dan kehidupan. Yang menjadi misi utamanya adalah tulus dan lurus untuk kembali sederhana dalam pada ajaran Islam yang asli.[5]pembaruan lainnya yang dilakukan oleh abdul wahab yang merupakan inti dari pembaruanya adalah tentang tauhid ,dalam hal ini   tiga golongan yaitu  tauhid uluhiyah ,dan tauhid rububiyah, tauhid hubudiyah. Bahwa menurut abdul wahab Allah adalah tuhan alam semesta yang maha kuasa dan melarang segala penyifatan tuhan terhadap siapapun dan apapun, kecuali pada Allah. Abdul Wahab juga sangat tidak setuju dengan para pendukung tawasul karena menurut ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan tuhan. Sedangkan usaha mencari perlindungan dengan batu, pohon, dan sejenisnya adalah merupakan perbuatan syirik demikian juga dengan bertawasul kepada orang yang sudah mati atau kuburan orang suci sangat dilarang dalam ajaran islam , dan Allah tidak akan perna memberikan apapun kepada mereka yang melakukan hal demikian. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ziarah kubur yang dilarang, tetapi berbuatan bid’ah, takhayyul, dan khufarat yang mengiringi ziarah yang semestinya dilarang agar iman tetap terjaga dan terpelihara.
C.  Tipologi Perkembangan Islam Modern
Perkembangan pemikiran Islam modern yang terjadi pada masa Ibn Taimiyah adalah berawal dari kondisi peradaban Islam yang  berada dalam ancaman tentara salib dan menjadikan umat islam terpecah  dalam bidang politik dan juga pengetahuan. Sehingga  terjadilah banyak penyimpangan dalam pemikiran Islam, hal inilah yang kemudian menyebabkan ibnu taimiyah melakuakan perlawanan terhadap penyimpangan pemikiran Islam itu dan mengeluarkan berbgaai pemikirannya yang berkembang hingga masa modern bahwa ibnu Taimiyah memurnikan ajaran tauhid islam yang menyimpang dan mengatakan bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.[6]

Dan perkembangan pemikiran pembaruan Islam modern yang terjadi di masa Abdul Wahab bermula dari rusaknya faham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam oleh ajaran-ajaran tarekat yang sudah tersebar luas semenjak abad ke tiga belas. Akan tetapi rusaknya tauhid tersebut bukan hanya karena pengaruh dari adanya tarekat,tetapi juga karena telah di lihat oleh Abdul wahab orang meminta permohonan kepada pohon, dan memuja-muja batu beras. Karena beberapa hal itulah kemudian Abdul Wahab mencetuskan bebrapa pemikiranya yang bertujuan untuk memurnikan kembali ajaran tauhid di kalangan umat Islam dan melarang qiyas adanya taklid dan mengatakan bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.[7]




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan pemikiran Islam mulai pra modern hinnga abad modern, yang pertama pemikiran pembaharuan Ibnu Taimiyah adalah memurnikan ajaran Tauhid umat Islam dan mengatakan bahwa Aqidah yang paling benar adalah Aqidah Salafi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist serta mengatakan bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.
Sedangkan Ahmad Sirhindi pembaruan pemikirannya adalah menekankan pada kehidupan dunia dari pada akhirat, menurutnya orang islam harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan wahyu ilahi di muka bumi, pemikiran pemahruan sufinya tidak menolak tasawuf tapi memberikan arah dan kehidupan yang baru.
Dan yang terakhir dari isi pembahasan adalah pembaruan pemikiran Abdul Wahab yaitu menekankan ajaran Tauhid dan membagi Tauhid tersebut dalam tiga bagian yaitu Tauhid Ukuhiyah, Rububiyah, dan Hubudiyah.
Dari bebrapa pembaruan pemikiran di masa pra modern tersebut memunculkan beberapa pemikiran baru lainnya dalam memasuki masa modern seperti yang pertama adalah  Ibnu Taimiyah, bahwasnya dalam mencapai pembaruannya ada beberapa upaya yang dilakukannya yaitu sebagai pertama, yaitu memurnikan ajaran tauhid, bahwa-snya Ibnu Taimiyah menentang segala bentuk bid’ah, takhayyul dan khufarat.
Pembaruan selanjutnya adalah yang terjadi pada masa Sirhindi,  beliau mendapat julukan sebagai  Mujaddid Alf Sani dan dianggap sebagai bapak pembaruan di anak benua India, perintis reformasi yang berani bersikap oposan terhadap pemerintah dan penyelamat kaum muslim dari bid'ah.




                              



DAFTAR PUSTAKA


Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta, BULAN BINTANG, 1975.
Ma’shum, Pemikiran Teologi Islam Modern, Yogyakarta,INTERPENA, 2011.
Nina M. Armando, Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru, 2005.
A Munir, Aliran Modern Dalam Islam, Jakarta, PT RINEKA CIPTA, 1994.
Subkhan Anshori, Filsafat Islam Antara Ilmu Dan Kepentingan, Kediri, Pustaka Azhar, 2011.


[1] Ma’shum pemikiran Teologi Islam Modern,(yogyakarta, INTERPENA,2011). Hal 5.
[2] Nina M. Armado, Ensiklopedi Islam, (Jakarta, PT. Ichiyar Baru, 2005). Hal 106
[3] Ibid, hal 222
[4] Ibid, hal 226
[5] Ma’shum, Pemikiran Teologi Islam Modern, (Yogyakarta,INTERPENA,2011). Hal 13
[6]Subkhan Anshori,Filsafat Islam Antara Ilmu Dan Kepentingan, (kediri, Pustaka Azhar,2011). Hal 273
[7] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, (jakarta, BULAN BINTANG, 1975). Hal 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar