Oleh : Imroatus Shalihah Putri P
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebanyakan didalam
islam biasa sering terjadi penyimpangan atau kesalahfahaman pemikiran, hingga
kemudian muncullah atau lahirlah berbagai pemikiran oleh tokoh-tokoh pemuka
islam yang mengeluarkan pemikirannya untuk menyikapi berbagai penyimpangan
tersebut. Dalam islam juga terdapat banyak aliran, yang akhirnya mengakibatkan
kondisi islam mengalami banyak perubahan, pemikiran islam juga mengalami
bebrapa pembaruan, yang mana pembaruan itu terjadi mulai dari abad pra modern
hingga pada masa modern. Dan pada masa modern itulah timbul pemikiran pembaruan
dalam islam dengan lahirnya beberapa tokoh pembaru dalam islam untuk menuju islam
yang modern. Diantara tokoh-tokoh pembaru itu adalah Inu Taimiyah, Ahmad
Sirhindi dan Abdul Wahab. Untuk lebih jelasnya tentang pemikiran pembaruan
mereka akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya dengan beberapa rumusan
masalah sebagi berkut.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimanakah
pembaruan pemikiran pra modern
IbnuTtaimiyah, Sirhindi dan Wahabi?
2. Bagaimanakah orientasi
ideologi islam modern?
3. Bagaimanakah Tipologi
perkembangan islam modern?
C.
Tujuan Masalah
Dari rumusan
masalah yang tertulis diatas bertujuan untuk menjelaskan pemikiran pembaruan
adalam islam oleh bebrapa tokoh yaitu, Ibnu Taimiyah Ahmad Sirhindi dan Abdul
Wahab.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Pra Modern
1. Ibnun Ttaimiyah
Nama lengkap dari Ibnu taimiyah adalah Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, beliau lahir di Harran, Turki pada 22 Januari 1263, dan
meninggal pada 27 September 1328. Ia berasal dari keluarga cendekiawan. Ayahnya
bernama Shihabuddin Abdul Halim seorang ahli hadits dan ulama terkenal di
Damascus; demikian juga kakeknya, Syekh Majuddin Abdul Salam, adalah ulama
terkemuka. Mereka semua adalah pemuka dalam mazhab Hambali. Ibnu Taimiyah
belajar Al-Qur’an dan hadits dari ayahnya, kemudian sekolah di Damascus. Pada
usia 10 tahun ia telah mempelajari kitab-kitab hadits utama, hafal Al-Qur’an,
belajar ilmu hitung dan sebagainya. Kemudian ia tertarik mendalami ilmu kalam
dan filsafat yang menjadi keahliannya. Karena beliau mempunyai kemampuan yang
lebih di bidang kalam, filsafat, hadits, Al-Qur’an, tafsir dan fikih,sehingga
pada usia 30 tahun ia sudah menjadi ulama besar pada zamannya. Ibnu Taimiyah
kuat memegang ajaran kaum salaf. Ia juga seorang penulis yang tekun dan
produktif. Karyanya berjumlah 500 jilid.[1]
Pada masa pra
modrrn ini cara berpikir Ibnu Taimiyah cenderung bersifat empiris sekaligus
rasionalis. Empiris dalam arti bahwa ia mengakui kebenaran itu hanya ada dalam
kenyataan, bukan dalam pemikiran (al-haqîqah fi al-a’yân la fi al-adhhân), dan
rasionalis dalam arti ia tidak mempertentangkan antara akal dengan naql
(Al-Qur’an dan hadits) yang sahih. Ia menolak logika sebagai metode berpikir
deduktif yang tidak dapat digunakan untuk mengkaji materi keislaman secara
hakiki. Objek Materi keislaman empiris hanya dapat diketahui melalui eksperimen
dan pengamatan langsun.[2]
2. Shaykh Ahmad Sirhindi
Nama lengkap dari Sirhindi adalah Syekh Ahmad al Faruqi al Hanafi al
Sirhindi. Beliau dilahirkan di Sirhindi India pada tanggal 14 Syawal 971 H
(971H/1563M - 1034H/1624M ). Shaykh
Ahmad Sirhindi adalah seorang ulama terkemuka yang merupakan pemikir sufisme
dan juga tokoh besar tarekat Naqsyabandiyah yang sangat berpengaruh. Sirhindi
adalah seorang teroritikus terkemuka yang dikenal dengan julukan mujaddid Alf
Sani (pembaru millennium kedua). Dalam berfilsafat ajaran yang diterapkan oleh
Sirhindi adalah beberapa pemikirannya yang mana Sirhindi memberitahukan
pemurnian sufisme di India dengan menolak konsep wihdatul wujud yang telah dikemukakan oleh Ibnu Arabi yang
pembaharuan sufinya terletak pada upaya integrasi gagasan sufistik dengan
ortodoksi suni dan penggabungan kerangka monistik teosofi mistik dengan
desakan oral syariat dalam pemikirannya
ini sirhindi juga menguatkan ajaran Ibnu Taimiyah bahwa dia mengajarkan hakikat
sufi yang umumnya bertentangan dengan sariat itu sendiri.
Dari itu ajaran tasawufnya dapat
digolonkan sebagi neosufisme yang cenderung menimbulkan aktivisme ortodox
dan menanamkan kembali sikap yang positif terhadap dunia. Dalam pemikiran ini
telah jelas bahawa Sirhindi lebih menekankan kehidupan dunia daripada
meenungkan kehidupan akhirat.
Menurutnya orang
Islam harus berjuang sekuat tenaga untuk mewujudkan wahyu Ilahi dimuka bumi.
Pemikiran pembaruan sufinya tidak
menolak tasawuf tapi memberikan arah dan kehidupan yang baru. Untuk inti.
Sirhindi mengangakat konsep Wahda as-Syuhud
di atas konsep Wahda al-Wujud nya
Ibnu Arabi yang telah mendominasi pemikiran para sufi selama beberapa
abad.menurutnya, kaum mukmin harus menyadari bahwa segala sesuatu itu dari
Allah dan bukan segala sesuatu itu
adalah Allah. Konsep ini memang menekankan ketuhanan yang transenden. [3]
3. Muhammad bin Abdul
wahab
Nama lengkap
dari Muhammad Ibn Abdul Wahhab Ibn Sulayman Ibn Ali Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn
Rashid al-Tamimi. Ia lahir di Uyaynah pada 1730 M/l115 H. Ayah dan kakeknya
adalah ulama terkenal di Najd. Dari ayahnya ia memperoleh pendidikan di bidang
keagamaan dan mengembangkan minatnya di bidang tafsir, hadits, dan hukum
madzhab Hanbaliyah. Untuk meningkatkan pengetahuannya ia banyak melakukan
perjalanan mencari ilmu. Ia juga membaca karya-karya Ibn Taimiyah dan Ibn
al-Qayyim al-Jauziyah, sehingga ia benar-benar menjadi seorang ulama, ahli
hukum dan pembaharu ternama.
Dalam masa pra
modern Abdul Wahab menekankan ajaran tauhid dan mengecam praktek tawasul,
ziarah kubur, dan bid’ah. Proses pembaruanya dimulai dengan banyak menyampaikan
ceramah dan khutbah dengan berani dan antusiasme. Oleh karena itu, ia cepat
memperoleh banyak pendukung. Pada permulaan ini pula ia melahirkan karya
terkenal berjudul Kitâb al-Tauhîd. Setelah kematian ayahnya pada 1740, Muhammad
Ibn Abdul Wahhab semakin populer dan gerakannya mendapat dukungan dari
pemerintah Kerajaan Ibn Saud. [4]
dalam pemikiran teologis muhammad ibn Abdul
wahhab berpendapat bahwa kemunduran umat Islam disebabkan kerusakan tauhid dan kepercayanya kepada ALLAH swt. menurut
Muhammad Abdul wahab,lafadz Illa liya'budun dalam ayat 56 Al-Dzariyat
pembagian tauhid itu menjadi tiga menurut Muhammad bin Abdul wahab yaitu :tauhid uluhiyah,tauhid
rubbiyah, tuhid Hududiyah. dari ketiga macam tauhid ini merupakan satu
kesatuan antara tauhid lainya tidak boleh dipilih salah satu saja karena itu
wajib menyatuh di dalam iman seseorang
muslim sebagai pengikut ahli sunnah wal
jama'ah.
B. Orientasi Ideologi Islam Modern
Dari bebrapa
pembaruan pemikiran di masa pra modern tersebut memunculkan beberapa pemikiran
baru lainnya dalam memasuki masa modern seperti yang pertama adalah Ibnu Taimiyah, bahwasnya dalam mencapai
pembaruannya ada beberapa upaya yang dilakukannya yaitu sebagai pertama, yaitu
memurnikan ajaran tauhid, bahwa-snya Ibnu Taimiyah menentang segala bentuk
bid’ah, takhayyul dan khufarat. Menurut pemikiran Ibnu Taimiyah, tauhid yang
paling benar adalah salaf, yaitu aqidah yang bersumber dari Al-Quran dan
al-Hadits bukan yang berasal dari rasional dan filosofis. Ibnu Taimiyah juga menentang taqlid karena untuk kembali
kepada al quran dan hadits
sedangkan ijtihad terbuka sepanjang masa
karena keadaan manusia yang selalu berubah. Adapun dalam bidang hukum upaya
pembaruan lainnya yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah adalah dengan menawarkan
metode baru yang mana tidak mendasarkan keputusan hukum pada ‘illat, akan
tetapi berdasarkan hikmah.
Pembaruan
selanjutnya adalah yang terjadi pada masa Sirhindi, beliau mendapat julukan sebagai Mujaddid Alf Sani dan dianggap sebagai
bapak pembaruan di anak benua India, perintis reformasi yang berani bersikap
oposan terhadap pemerintah dan penyelamat kaum muslim dari bid'ah.yang menjadi
titik tekan ajaran Sirhindi pada kepatuhan hukum syariat dan sunah sebagai
sarana untuk mencapai realitas spiritual telah abnayak diterima oleh golongan
tarekat Naqsabandiyah yang kemudian ajaran itu dikembangkan pengikutnya
dikawasan Asia Tengah,Turki dan Arab yang hinggga kini tetap menjadi sumber
inspirasi.
Golongan pembaharuan
lainnya yaitu dari golongan Abdul Wahab yang terkenal dengan orang yang
menentang kersa atas kemunduran dan kemerosotan umat islam di abad modern atas
gerakannya ini orang-orang menyebutnya dengan gerakan wahabi. Gerakan wahabi
ini menyerukan pada kaum muslimin di seluruh dunia agar kembali pada ajaran
Islam yang asli dan suci atas dasar yang diperintahkan Allah dan Rasulnya.
Gerakan ini cukup fanatik dengan terhadap doktrin agama, teguh dan kuat dalam
mempertahankan pendirian, tidak mudah goyak dan kehidupan. Yang menjadi misi
utamanya adalah tulus dan lurus untuk kembali sederhana dalam pada ajaran Islam
yang asli.[5]pembaruan lainnya yang
dilakukan oleh abdul wahab yang merupakan inti dari pembaruanya adalah tentang
tauhid ,dalam hal ini tiga golongan
yaitu tauhid uluhiyah ,dan tauhid
rububiyah, tauhid hubudiyah. Bahwa menurut abdul wahab Allah adalah tuhan alam
semesta yang maha kuasa dan melarang segala penyifatan tuhan terhadap siapapun
dan apapun, kecuali pada Allah. Abdul Wahab juga sangat tidak setuju dengan
para pendukung tawasul karena menurut ibadah adalah cara manusia berhubungan
dengan tuhan. Sedangkan usaha mencari perlindungan dengan batu, pohon, dan
sejenisnya adalah merupakan perbuatan syirik demikian juga dengan bertawasul
kepada orang yang sudah mati atau kuburan orang suci sangat dilarang dalam
ajaran islam , dan Allah tidak akan perna memberikan apapun kepada mereka yang
melakukan hal demikian. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ziarah kubur yang
dilarang, tetapi berbuatan bid’ah, takhayyul, dan khufarat yang mengiringi
ziarah yang semestinya dilarang agar iman tetap terjaga dan terpelihara.
C. Tipologi Perkembangan Islam Modern
Perkembangan
pemikiran Islam modern yang terjadi pada masa Ibn Taimiyah adalah berawal dari
kondisi peradaban Islam yang berada
dalam ancaman tentara salib dan menjadikan umat islam terpecah dalam bidang politik dan juga pengetahuan.
Sehingga terjadilah banyak penyimpangan
dalam pemikiran Islam, hal inilah yang kemudian menyebabkan ibnu taimiyah
melakuakan perlawanan terhadap penyimpangan pemikiran Islam itu dan
mengeluarkan berbgaai pemikirannya yang berkembang hingga masa modern bahwa
ibnu Taimiyah memurnikan ajaran tauhid islam yang menyimpang dan mengatakan
bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.[6]
Dan perkembangan
pemikiran pembaruan Islam modern yang terjadi di masa Abdul Wahab bermula dari
rusaknya faham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam oleh ajaran-ajaran
tarekat yang sudah tersebar luas semenjak abad ke tiga belas. Akan tetapi
rusaknya tauhid tersebut bukan hanya karena pengaruh dari adanya tarekat,tetapi
juga karena telah di lihat oleh Abdul wahab orang meminta permohonan kepada
pohon, dan memuja-muja batu beras. Karena beberapa hal itulah kemudian Abdul
Wahab mencetuskan bebrapa pemikiranya yang bertujuan untuk memurnikan kembali
ajaran tauhid di kalangan umat Islam dan melarang qiyas adanya taklid dan
mengatakan bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.[7]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan pemikiran Islam mulai pra modern
hinnga abad modern, yang pertama pemikiran pembaharuan Ibnu Taimiyah adalah
memurnikan ajaran Tauhid umat Islam dan mengatakan bahwa Aqidah yang paling
benar adalah Aqidah Salafi yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist serta mengatakan
bahwa pintu ijtihad selalu terbuka.
Sedangkan Ahmad
Sirhindi pembaruan pemikirannya adalah menekankan pada kehidupan dunia dari
pada akhirat, menurutnya orang islam harus berjuang sekuat tenaga untuk
mewujudkan wahyu ilahi di muka bumi, pemikiran pemahruan sufinya tidak menolak
tasawuf tapi memberikan arah dan kehidupan yang baru.
Dan yang
terakhir dari isi pembahasan adalah pembaruan pemikiran Abdul Wahab yaitu
menekankan ajaran Tauhid dan membagi Tauhid tersebut dalam tiga bagian yaitu
Tauhid Ukuhiyah, Rububiyah, dan Hubudiyah.
Dari bebrapa
pembaruan pemikiran di masa pra modern tersebut memunculkan beberapa pemikiran
baru lainnya dalam memasuki masa modern seperti yang pertama adalah Ibnu Taimiyah, bahwasnya dalam mencapai
pembaruannya ada beberapa upaya yang dilakukannya yaitu sebagai pertama, yaitu
memurnikan ajaran tauhid, bahwa-snya Ibnu Taimiyah menentang segala bentuk
bid’ah, takhayyul dan khufarat.
Pembaruan
selanjutnya adalah yang terjadi pada masa Sirhindi, beliau mendapat julukan sebagai Mujaddid Alf Sani dan dianggap sebagai
bapak pembaruan di anak benua India, perintis reformasi yang berani bersikap
oposan terhadap pemerintah dan penyelamat kaum muslim dari bid'ah.
DAFTAR PUSTAKA
Harun Nasution, Pembaharuan
Dalam Islam, Jakarta, BULAN BINTANG, 1975.
Ma’shum, Pemikiran Teologi Islam
Modern, Yogyakarta,INTERPENA, 2011.
Nina M. Armando, Ensiklopedi
Islam, Jakarta, PT. Ichtiar Baru, 2005.
A Munir, Aliran Modern Dalam
Islam, Jakarta, PT RINEKA CIPTA, 1994.
Subkhan Anshori, Filsafat Islam
Antara Ilmu Dan Kepentingan, Kediri, Pustaka Azhar, 2011.
[1] Ma’shum pemikiran
Teologi Islam Modern,(yogyakarta, INTERPENA,2011). Hal 5.
[2] Nina M. Armado,
Ensiklopedi Islam, (Jakarta, PT. Ichiyar Baru, 2005). Hal 106
[3] Ibid, hal 222
[4] Ibid, hal 226
[5] Ma’shum, Pemikiran
Teologi Islam Modern, (Yogyakarta,INTERPENA,2011). Hal 13
[6]Subkhan Anshori,Filsafat
Islam Antara Ilmu Dan Kepentingan, (kediri, Pustaka Azhar,2011). Hal 273
[7] Harun Nasution,
Pembaharuan Dalam Islam, (jakarta, BULAN BINTANG, 1975). Hal 23