Senin, 29 April 2013

Empirisme John Locke



Oleh:
Imroatus Shalihah PP & Eka Sulistiyowati 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi John Locke
John Locke adalah filisof yang berasal dari inggris. Beliau dilahirkan di Wrington Somerst pada tanggal 29 Agustus 1632. Locke belajar di Westminster School selama lima tahun yaitu pada tahun 1647-1652 pada tahun itu juga hingga tahun 1656 ia melanjutkan studinya di Christ Church, Oxford untuk mempelajari agama dan mendapat gelar B.A. disana ia kemudian melanjutkan studinya lagi untuk mendapatkan gelar M.A.
Tahun 1664 Locke diangkat sebagai pejabat penyesor buku-buku filsafat moral. Ia juga belajar ilmu kedokteran dan mahir dalam bidang ini. Sir  walter  vane  ia mengikuti  sebuah misi dipelomatik ke elector of brandenburg tetapi  kemudian  ia menolak  tawaran kerja diplomat dan kembali ke  oxford.  Disana ia  mengonsentrasikan  seluruh perhatiannya  pada filsafat  dan menemukan  minat  yang sama  pada Earl of shaftesbury yang mengundang locke  untuk tinggal  di london house-nya. Disana locke mengembangkan ilmu politik  dan filsafat  sekaligus  menjadi dokter  pribadi bangsawan  earl of  shaftesbury . pada  tahun 1683 shaftesbury  terancam akan  di –impeacchment karena telah melakukan pengkhianatan. Pada saat itu juga locke lari ke Belanda dan di sana ia menulis esai yang berjudul An Essay Concerning Human Understanding yang di terbitkan pada tahun 1690. Setelah revolusi tahun 1688, locke kembali ke inggris untuk mengiringi raja orange yang akan menjadi Queen Mary.
B . Empirisme John Locke
Kata empirisme berasal dari bahasa yunani emperia yang berarti pengalaman. Jadi empirisme merupakan sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan. Empirisme juga berarti sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman manusia didapat dari pengalaman-pengalaman yang nyata dan faktual. Pengalaman yang nyata tersebut didapatkan dari tangkapan pancaindra manusia. Sehingga pengetahuan yang didapat melalui pengalaman merupakan sebuah kumpulan fakta-fakta.  Selanjutnya tradisi empiris diteruskan oleh John Locke (1632-1704) yang untuk pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang pengenalan atau pengetahuan. Bagi Locke, yang terpenting adalah menguraikan cara manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori-teori empirisme seperti yang diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini untuk memperkuat ajaran empirismenya. Ia menentang teori rasionalisme mengenai idea-idea dan asas-asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri [1]Pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa). Di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pangalaman inderawi. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama dan sederhana. Tapi pikiran, menurut Locke, bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan yang datang dari indera tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai, meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakannya dengan perenungan.Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir bahwa kita sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita tentang dunia didapatkan melalui penginderaan.[2] Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama yang dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual[3]Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. Jika rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dipecahkan secara memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja pikiran itu sendiri.[4]Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan dengan akal hanyalah mempunyai fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses penjumlahan dan pengurangan misalnya, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas pengamatan yang disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi  pada awal gerak reaksi tadi.Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes menyatakan bahwa tidak ada yang universal kecuali nama belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari kata-kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di dalam pikiran orang. Selanjutnya tradisi empiris diteruskan oleh John Locke (1632-1704) yang untuk pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang pengenalan atau pengetahuan. Bagi Locke, yang terpenting adalah menguraikan cara manusia mengenal. Locke berusaha menggabungkan teori-teori empirisme seperti yang diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Usaha ini untuk memperkuat ajaran empirismenya. Ia menentang teori rasionalisme mengenai idea-idea dan asas-asas pertama yang dipandang sebagai bawaan manusia. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Peran akal adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Oleh karena itu akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Pada waktu manusia dilahirkan, akalnya merupakan sejenis.Di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pangalaman inderawi. Seluruh pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta refleksi yang pertama dan sederhana. Tapi pikiran, menurut Locke, bukanlah sesuatu yang pasif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar. Beberapa aktifitas berlangsung dalam pikiran. Gagasan-gagasan yang datang dari indera tadi diolah dengan cara berpikir, bernalar, mempercayai, meragukan dan dengan demikian memunculkan apa yang dinamakannya dengan perenungan.Locke menekankan bahwa satu-satunya yang dapat kita tangkap adalah penginderaan sederhana. Ketika kita makan apel misalnya, kita tidak merasakan seluruh apel itu dalam satu penginderaan saja. Sebenarnya, kita menerima serangkaian penginderaan sederhana, yaitu apel itu berwarna hijau, rasanya segar, baunya segar dan sebagainya. Setelah kita makan apel berkali-kali, kita akan berpikir bahwa kita sedang makan apel. Pemikiran kita tentang apel inilah yang kemudian disebut Locke sebagai gagasan yang rumit atau ia sebut dengan persepsi. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa semua bahan dari pengetahuan kita tentang dunia didapatkan melalui penginderaan. Ini berarti bahwa semua pengetahuan kita betapapun rumitnya, dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama yang dapat diibaratkan seperti atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali seperti demikian itu bukanlah pengetahuan atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual. Di tangan empirisme Locke, filsafat mengalami perubahan arah. jika rasionalisme Descartes mengajarkan bahwa pengetahuan yang paling berharga tidak berasal dari pengalaman, maka menurut Locke, pengalamanlah yang menjadi dasar dari segala pengetahuan. Namun demikian, empirisme dihadapkan pada sebuah persoalan yang sampai begitu jauh belum bisa dipecahkan secara memuaskan oleh filsafat. Persoalannya adalah menunjukkan bagaimana kita mempunyai pengetahuan tentang sesuatu selain diri kita dan cara kerja pikiran itu sendiri.[5]
  C     Tokoh-Tokoh Empirisme
Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.
.       John Locke (1632-1704)Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris. Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu essay concerning human understanding, terbit tahun 1600; letters on tolerantion terbit tahun 1689-1692; dan two treatises on government, terbit tahun 1690. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Bila rasionalisme mengatakan bahwa kebenaran adalah rasio, maka menurut empiris, dasarnya ialah pengalaman manusia yang diperoleh melalui panca indera. Dengan ungkapan singkat Locke Segala sesuatu berasal dari pengalaman inderawi, bukan budi (otak). Otak tak lebih dari sehelai kertas yang masih putih, baru melalui pengalamanlah kertas itu terisi.Dengan demikian dia menyamakan pengalaman batiniah (yang bersumber dari akal budi) dengan pengalaman lahiriah (yang bersumber dari empiri).  Yang  berarti  suatu  doktrin , empirisisme adalah  lawan  rasionalisme .untuk  memahami  isi  doktrin ini perlu  di pahami   lebih dahulu  dua  ciri pokok  empirisme  yaitu  mengenai teori tentang makna  dan teori  tentang makna . dan  teori tentang pengetahuan .teori makna pada aliran  biasanya  dinyatakan  sebagai  teori teantang asal pengetahuan ,yaitu asal usul idea atau konsep. Pada abad pertengahan  teori ini diringkas rumus . Nihil est in intellectu quod non prius fuerit  in sensu ( tidak ada sesuatu di dalam  pikiran kita selain  di dahului  oleh pengalaman )    sebenarnya  pernyataan  ini  merupakan tesis locke yang  terdapat di dalam bukunya An Essay Concerning Human Understanding, yang dikeluarkannya  takala ia menteang ajaran idea bahwaan (innate idea) pada orang orang rasionalis . jiwa (mind)  tatkala orang yang dilahirkan dalam keadaan kosong ,laksana kertas  putih atau yang belum ada tulisan di dalamnya . yang maksudnya  dengan pengalaman inderawi. Atau pengetahuan itu datang  dari obervasi  yang  kita lakukan  terhadap jiwa  kita sendiri.   Dengan alat  penginderan dalam . semua ide  mencakup peginderaan dan emosi . sanggahan orang orang rasionalis  tampak jelas  pada karya  descartes.  Descartes  membedakan  dua fungsi akal : pertama fungsi diskusif yang  menjadikan  kita mampu menangkap kebenaran terakhir dan menangkap  konsep secara  langsung .namun memang banyak pengetahuan yang kita mampu menangkap  kebenaran  terakhir dan menangkap konsep  secara langsung. Namun ,memang banyak pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman indera, tetapi banyak pula idea lainya ,seperti idea tentang  jiwa,tentang  substansi materi, yang mesti di tangkap  dengan   cara a priori  yang menggunakan  intuis  rasional.
                  Pada abad ke-20 kaum empirisis cenderung  menggunakan  teori  makna mereka pada  penentuan apakah suatu konsep  diterapkan  dengan  benar  atau tidak, bukan pada asal-usul pengetahuan .salah satu contoh penggunaan  empirisime secara pragmatis  ini ialah pada  charles sanders peirce dalam kalimat “ tentukanlah apa pengaruh konsep itu pada praktek  yang dapat  dipahami  kemudian  konsep tentang  pengaruh itu, itulah konsep  tentang  objek tersebut .
                     Filsafat empirisime tentang teori  makna amat berdekatan dengan aliran postivisme logis dan filsafat ludwing wittgenstein. Akan tetapi ,teori makna dan empirisisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman.oleh karena itu,bagi orang empiris jiwa dapat  dipahami sebagai gelombang pengalaman kesadaran, materi sebagai pola jumlah yang dapat  diindera,dan hubungan kausalitas sebagai  urutan peristiwa yang sama.
                     Teori yang kedua,yaitu  teori pengetahuan,dapat diringakaskan sebagai berikut.menurut
       Orang  rasionalis ada beberapa kebenaran umum seperti kejadian tentu mempunyai sebab “ dasar –dasar matematika ,dan beberapa perinsip  dasar etika ,dan kebenaran .itu benar dengan sendirinya yang dikenal dengan istilah  kebenaran  a priori yang di peroleh  lewat  intuisi  rasional .empirissime  menolak pendapat  itu. Tidak ada  kemampuan intiusi  rasional itu. Semua kebenaran  yang di peroleh  lewat observasi .

D. Ajaran –ajaran pokok dari empirisisme
1 pandangan bahwa semua ide  atau gagasan  merupakan  abstraksi  yang dibentuk  dengan  menggabungkan apa  yang dialami.
2 pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal atau rasio.
3 semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data indrawi.
4 semua pengetahuan turun secara lansung, atau disimpulkan secara tidak langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan matematika) .
5 akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indra kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
6 empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
























DAFTAR PUSTAKA


Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Cet. IX; Yogyakarta: Kanisius, 1993lihat
Jerome R. Ravertz, The Philosophy of Science, diterjemahkan Saut Pasaribu, Filsafat Ilmu, Sejarah danRuang Lingkup Bahasan (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Cet. VI; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998),
Harun Hadiwijono, op. cit.,
Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, selanjutnya disebut Bambang, Filsafat Untuk Umum (Cet. I; Jakarta: Prenada Media, 2003
Tafsir, Ahmad. Filsafat Umum. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003)


[1]Harun Hadiwijono, op. cit., h. 36.
[2]Bambang Q-Anees dan Radea Juli A. Hambali, Filsafat Untuk UmumJuhaya Sop. cit., h. 26.. Praja um (Cet. I; Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 334.

[3]Juhaya Sop. cit., h. 26.. Praja
[4]Bambang, op. cit., h. 335.
[5]  Tafsir ahmad  filsafat umum .Bandung PT remja Rosdakarya. 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar